Oleh: Bayu
Rhamadani W, Wawat Smart, Fi Nofriani, Rifka Fatmawati, dkk
Menyulam kabut sang
fajar
Menyapa senyum mentari
di balik awan
Binar-binar impian
sedang dimulai dalam nyala
Merentas dalam
tiang-tiang cahaya
Namun, kenapa aku
mulai gamang?
Harusnya rasa
senang yang datang
Apakah ini semua
nyata atau retorika semata?
Ah, desahnya
lagi-lagi...
Sepertinya sang jejak
sedang mencari bayangan
Dalam kelinglungan
yang hendak menyapanya kemudian
Entah kegamangan
menuai asaku pagi ini
Ada sejuta
pertanyaan di balik cakrawala hari
Pintaku sederhana
saja
Berikan semua yang
kau punya
Hingga nanti
pertanyaan ini
‘kan terjawab
dengan sendirinya
Kini aku harus
menjaga asa
yang masih
kugenggam dengan geraham
Dalam diam, dalam
keheningan yang tersulam
Ketika gamang itu
datang menyapa
Lelah dan penat
menestapai sukma
Ibu, sesak napasku
menahan sakitnya
Namun, ialah dunia
penuh cerita
Agar rangkaian
akhirat kelak terbentuk indah
Dunia . . .
Lagi-lagi soal
dunia
Tapi, aku tak bisa
salahkan dunia
Aku saja yang bodoh
tak bisa memaknainya
Sang Maha Karya
t'lah menciptakan dunia
Sesuai proporsi
bukan persepsi
Aku telah hidup
dalam balutan persepsi yang salah
Membuatku semakin
lupa
bahwa dunia hanya
pijakan sementara
Ada yang lebih
abadi menanti di sana
Saat nafas tak lagi
berhembus sempurna
Coba hitung panjang
umur di dunia
Bandingkan di
akhirat kelak
Adakah amal untuk
keduanya telah proporsional?
Hei... apa yang kau
lakukan?
Kau hitung amal
perbuatan
seperti pedagang di
pasar ikan
Bukan… Bukan dengan
kalkulator dunia, kawan
Ketika dunia
berhijrah menjadi cerita
Ia bagai noktah
elektron yang menggeliat
Mendayu lembut
menegur iman
Dunia ini hanya
jembatan, Kawan
Sebuah buhul
seberangan akhirat
Allah, jemputlah
kami dalam keridhaan
Sahabat, inilah
kelindan kata bercerita
1 komentar:
baru baca puisi ini (y)
Post a Comment