tag:blogger.com,1999:blog-10188492762008613252024-03-18T21:38:59.019-07:00Komunitas Penulis IndonesiaBlog Kumpulan penulis di indonesia yang tergabung dalam Kelas Online Menulis Novel (KOBIMO) dan grup menulis bersama gratis (MESRA)kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.comBlogger62125tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-58965713080123525242013-04-13T23:15:00.003-07:002013-04-13T23:15:55.661-07:00Omar Khayyam<br />
<div style="background-color: white; color: grey; line-height: 16px; padding: 0px; white-space: pre-wrap;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Omar Khayyam (sekitar 1050-1122)</b>, sastrawan
Persia yang juga merupakan ahli matematika, astronomi, fisika, metafisika, dan
musik. Omar dilahirkan di Nishapur (kini menjadi wilayah Iran) dan setelah
dewasa sempat mengembara ke berbagai pusat kebudayaan pada masa itu: Samarkand,
Bukhara, dan Isfahan. Namanya berarti Omar si Pembuat Tenda.</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="background-color: white; color: grey; line-height: 16px; padding: 0px; white-space: pre-wrap;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: grey; line-height: 16px; padding: 0px; white-space: pre-wrap;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebagai<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"> astronom istana, ia bekerja sama dengan
beberapa ilmuwan lainnya untuk memperbarui sistem penanggalan. Sebagai seorang
penulis tentang aljabar, geometri, dan topik sejenis, ia adalah ahli matematika
paling terkemuka pada masanya. Namun, ia lebih terkenal sebagai penulis <i>Rubaiyat
</i>(kumpulan sajak empat seuntai). Karyanya itu terdiri dari sekitar 1000
stanza empat baris yang berisi perenungan tentang alam dan kemanusiaan.</span></span></div>
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: grey; display: inline; line-height: 16px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><div style="padding: 0px; white-space: pre-wrap;">
<br /></div>
<div style="padding: 0px; white-space: pre-wrap;">
Penyair dan penerjemah asal Inggris Edward
Fitzgerald adalah orang pertama yang memperkenalkan Omar Khayyam ke dunia Barat
melalui karya terjemahannya atas 100 bait <i>Rubaiyat </i>yang terbit pada
1859. Sebenarnya ia tak sekadar menerjemahkan, melainkan melakukan parafrase
dan menata bait-bait yang semula berdiri sendiri-sendiri menjadi susunan yang
padu. Sebagian dari <i>Rubaiyat </i>telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia
oleh penyair terkemuka Amir Hamzah dalam kumpulan <i>Setanggi Timur </i>(1939).
<b>[Sumber: Ensiklopedia Sastra Dunia]</b></div>
</span></div>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-17771735881741899162013-04-13T23:05:00.004-07:002013-04-13T23:09:03.813-07:00BRAM <span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Rasanya bumi ini sudah semakin sempit. Jarak dan waktu bisa lumat dikunyah-kunyah oleh kedigdayaan taring-taring teknologi. Informasi aneka peristiwa dari segala penjuru bumi dan iming-iming reklame begitu gampangnya menjejali batok kepala semua orang. Itu bisa terjadi dalam seketika bersamaan ke mana-mana dan di mana-mana. Mata angin tak lagi butuh kompas. Teknologi seakan telah menjelma menjadi berhala dan agama baru. Hanya bagaimanalah hati ini berhati-hati menelannya. </span><br />
<a name='more'></a><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Di depan televisi mulut Bram ternganga melongo. Dua matanya terbelalak, menyorot melotot bak akan meloncat lepas dari sarangnya. Tayangan-tayangan berita itu menancap tajam di benaknya. Entah setan alas dari mana sekonyong-konyong datang merasuki otaknya yang putih. Bram jadi penasaran bertanya-tanya haus jawaban. Siswa kelas 2 SMU yang pendiam ini tiba-tiba ingin banget mencoba mencicipi dan menikmati kayak apa sih rasanya menenggak narkoba, atau sabu, atau apapun sejenisnya. Apakah gurih, apakah asin, apakah manis, apakah kecut, apakah pedas, apakah pahit, apakah kenyal, apakah empuk, ataukah gabungan dari semua rasa itu ? </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Rasa ingin itu dengan hebat tak henti-henti menyerang hari-harinya. Apalagi saat ada yang menasehatinya agar jangan pernah sekali-sekali mencoba bersentuhan dengan narkoba dan sejenisnya. Rasa itu dipendamnya rapat-rapat di dalam dadanya, meski selalu saja gemuruh meronta-ronta menggebrak-gebrak di dalam. Bram sadar dan tahu pasti kalau keinginannya ini sangatlah sangat tidak baik, dan itu pasti berarti jelek. Namun sebuah keinginan rasa apalagi cita-cita adalah peristiwa biasa yang sangat manusiawi.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Dari berbagai sumber informasi yang ia dapatkan, dari nasehat guru-gurunya di sekolah, dari wejangan orang tuanya yang tergolong orang terpandang di lingkungannya tinggal, memang narkoba–sabu dan sejenisnya adalah barang haram-jadah yang tak habis-habisnya dilaknat dan dikutuk, terutama oleh para orang tua, polisi dan ulama. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Namun demikian di mata Bram, toh aneka berita peristiwa yang berkaitan dengan pemanfaatan barang celaka itu tak pernah lenyap dari muka bumi ini. Narkoba selalu eksis berkibar. Ia seakan telah menjadi barang hebat yang sakti mandraguna, seksi penuh daya tarik. Mati satu tumbuh sejuta. Dinamika narkoba dengan berbagai macam romantikanya tak habis-habisnya menjadi buronan para pewarta. Peristiwanya selalu menjadi konsumsi pemberitaan yang sangat menarik dan pasti menjadi head-line. Koran maupun televisi senantiasa memburunya setiap ada peristiwa itu. Tentu selanjutnya media akan memberitakannya dengan jelas dan tegas secara detail , berulang-ulang dari peristiwa yang satu ke peristiwa lainnya, di lain tempat dan di lain waktu. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Di setiap tayangan berita, sosok pengedar dan pemakainya ataupun kurir narkoba yang tertangkap petugas rata-rata adalah orang yang berpenampilan necis dan perlente. Hal ini turut memberikan andil memupuk subur tumbuhnya pertanyaan yang tak dimengerti oleh Bram. Keinginannya diam-diam setiap harinya lama-lama makin membara membakar dadanya. Perlahan-lahan pasti keinginannya menggerogoti pikirannya dan jundel di otaknya. Ia nampak bingung seperti tengah kehilangan dompetnya. Padahal sejujurnya ia belum pernah sama sekali melihat narkoba dan sejenisnya secara langsung kayak apa wujudnya. Apalagi bersentuhan fisik dengan barang jahanam itu. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Setiap ada berita dan tayangan mengenai narkoba, semua itu senantiasa merampok perhatiannya. Ternyata pemakai narkoba adalah semua orang. Mereka berasal dari kalangan manapun. Menerobos batas usia maupun etnis. Ada remaja - siswa – mahasiswa – preman – pengangguran - guru – polisi – politisi – pilot - pegawai negeri - hakim - anggota dewan alias wakil rakyat – pejabat – public figure – artis – olahragawan – pemusik dan sebagainya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Demikian juga dengan para pengedarnya yang dalam berita-berita dikabarkan sebagai jaringan internasional dan dapat meraup keuntungan yang sangat fantastis menggiurkan. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bram berpikir dengan caranya sendiri. Pikirannya titik pada satu kesimpulan : Kalau begitu, narkoba itu tentu barang yang enak, dan pasti enak sekali. Buktinya ; tak sedikit orang berani bertaruh nyawa untuk memperdagangkannya, bahkan ancaman hukuman mati saja tak mempan untuk menghentikan orang agar stop memproduksi, mengedarkan dan menyalahgunakan narkoba. Sebenarnya kayak apa sih rasanya menelan narkoba ? Pertanyaan ini semakin menggelitik pikirannya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bram menggigit bibirnya sendiri. Dua matanya berkilat-kilat menerawang jauh entah ke mana. Pikirannya fokus pada pertanyaannya sendiri. Kayak apa sih sesungguhnya enaknya mengkonsumsi narkoba ? Tentulah pertanyaan ini tak akan mungkin bisa kujawab kalau tidak kucobanya sendiri, pikirnya yakin. Biarpun jawaban itu keluar langsung dari mulut si pemakai. Tapi bagaimana caranya aku bisa mendapatkan narkoba tanpa resiko ditangkap polisi ? Dimana aku bisa mendapatkannya ? Siapa penjualnya ? Bagaimana caranya bisa bertemu penjualnya ? Berapa harganya ? Terus di mana aku akan mengkonsumsinya ? Di rumah ? Atau di tempat tertentu rame-rame dengan sesama pecandu narkoba ? Tapi dimana dan siapa saja mereka ? Semua pertanyaan itu semakin menggembirakan hatinya untuk diam-diam mencoba berusaha mencari menemukan jawabnya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Dikendalikan rasa penasarannya, Minggu pagi Bram sudah duduk-duduk di terminal. Ia sengaja datang ke situ dengan harapan bisa ditemui oleh seseorang pengedar narkoba, bincang-bincang sebentar lalu ditawari. Ia sudah sediakan uang secukupnya. Sukur-sukur kalau ada yang memberi gratisan sebagai perkenalan. Jika bukan pengedar setidak-tidaknya pemakainya. Bram mengambil posisi yang tepat agak menjauh dari kerumunan orang. Dengan maksud agar kalau ada yang menemuinya bisa bicara bebas tanpa kedengaran orang lain. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Tak terhitung berapa orang yang sudah hilir-mudik lewat di depannya. Ada bocah penjual jasa semir sepatu mendekatinya. Iba juga Bram melihat anak sekecil itu sudah harus berpacu melawan debu-debu terminal. Diberinya selembar lima ribuan meski ia tak bersepatu. Datang juga mendekatinya seorang ibu pengemis menggendong bayinya. Selembar dua ribuan diberikannya. Lalu ada tukang koran, dibelinya satu, koran dibolak-baliknya barangkali ada berita tentang narkoba. Empat jam berlalu kaki Bram kesemutan. Tapi tak seorangpun yang datang menemuinya sesuai harapannya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Mungkin mereka ada di setasiun pikir Bram. Iapun ke sana. Hingga sore hari keadaannya sama saja seperti di terminal. Orang-orang lalu-lalang hanya nampak dengan kesibukannya sendiri-sendiri. Ternyata stasiun yang sekarang sudah berbeda dengan stasiun yang dulu. Masuk peron tidak mudah, kecuali calon penumpang yang sebenarnya. Penjual asongan saja diseleksi begitu ketatnya sampai perlu diharuskan pakai seragam tertentu. Pengantar hanya sampai di mulut peron. Tak nampak lagi calo-calo tiket yang bergentayangan. Kalau dulu dalam keadaan seperti ini ia yakin pasti sudah didekati oleh calo tiket. Atau penjual gambar-gambar porno yang diselipkan dalam buku. Barangkali saja, kalau itu terjadi, selanjutnya mungkin saja bisa berkembang pada keinginannya. Tapi itu rasanya tidak mungkin, pastilah jaringan narkoba tidak akan seterbuka kayak orang jual rokok. Begitu yang ada di otak Bram. Demikian pula ketika di pasar dan di mall, Bram tak dijumpai oleh seorangpun penarkoba.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Masih dalam rangka yang sama, hari minggu berikutnya sejak siang hingga senja Bram nongkrong di alun-alun pusat kota. Di situ ia ketemu Daniel teman sekolahnya tapi lain kelas. Daniel ditemani dua orang sebaya yang tak dikenalnya. Mereka saling bertegur sapa, ngobrol basa-basi ala kadarnya. Daniel sempat memperkenalkan dua orang temannya. Tak lama Daniel dan dua temannya meninggalkan Bram. Jam sudah menunjuk pukul setengah lima sore, Bram memutuskan untuk pulang saja, tapi sebelumnya ia mau melahap bakso dulu. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Sejak pertemuannya dengan Daniel di alun-alun, hari-hari berikutnya di sekolah keduanya menjadi akrab. Mereka sering duduk dan ngobrol bersama. Di aula, di kantin dan di tempat parkir sepeda motor mereka seringkali terlihat akrab mengobrol. Banyak hal mereka bicarakan. Dari masalah sehari-hari di sekolah hingga soal-soal pribadi antara keduanya. Soal pacar tentu saja juga.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Sampai pada suatu ketika saat istirahat, harinya Sabtu di pojok parkiran halaman belakang sekolah. Keduanya asik mengobrol. Antara sengaja dan tidak sengaja topik pembicaraan hinggap pada berita televisi semalam. Dimana diberitakan adanya seorang bandar ganja yang ternyata masih duduk di bangku SMU seperti dirinya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">“ Kok gak kapok-kapok ya ? Padahal sudah banyak yang ketangkap “, kata Bram spontan. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">“ Memang kalau menurut berita sudah banyak yang ketangkap, tapi yang tidak menjadi berita mungkin jauh lebih banyak Bram, karena tidak ketangkap “, kata Daniel sambil tersenyum. Keduanya lalu tertawa. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">“ Kayak apa ya ganja ? ”, tanya Bram sekenanya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">“ O, ganja aja gak ngerti, kuno, ketinggalan jaman kamu Bram ! ”, kata Daniel mesam-mesem. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bram merasa tersinggung dianggap kuno ketinggalan jaman, tapi ia juga semakin penasaran. Naluri Daniel menangkap ekspresi wajah Bram seperti ada sesuatu yang misterius. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">“ Pingin nyoba ?! Gratis deh untuk kamu !“, sambung Daniel setengah serius seperempat bercanda selebihnya omong kosong. “ Kalau oke datang saja ke rumahku besok pagi. Aku besok sendirian di rumah. Papi-mamiku masih di Surabaya. Gimana Bram ?! ”, tandas Daniel ringan dan renyah tapi mengandung daya mistis yang tak nampak. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bram seperti diam, tapi sebenarnya ia tertegun dan berpikir keras. Sesaat keduanya terdiam bisu. Selanjutnya Bram tersenyum dan mengangguk, lalu menyambut uluran tus tangan Daniel. Susah-susah kucari kemana-mana, ternyata ketemunya malah di sekolah, batin Bram. Sesaat bel sekolah berbunyi pertanda pelajaran berikutnya akan dimulai. Keduanya bangkit berjalan seiring sejalan menuju kelas masing-masing sambil masih saling mengobral obrolan. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Esok harinya jam setengah sepuluh pagi motor Bram sudah parkir di halaman belakang rumah Daniel. Di teras belakang telah menunggu Daniel dengan dua orang temannya. Bram langsung ingat, itu Yos dan Han yang dikenalnya tempo hari di alun-alun. Tapi siapa itu ada lagi dua cewek ABG ? Mereka menyambut kedatangan Bram dengan senyum. Sebuah senyum yang ramah manis tulus ikhlas hangat dan akrab. Mawar, itu kata yang keluar dari mulut cewek yang berambut panjang ketika menjabat tangan Bram. Yola, kata cewek berikutnya sambil menjulurkan telapak tangan kanannya. Basa-basi diantara mereka berlangsung tidak menarik. Mungkin mereka baru lebih suka saling menatap saja. Saling mencuri pandang memperhatikan lekuk-lekuk wajah dan bodi masing-masing.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bram merasa canggung. Namun situasi ini tak berlangsung lama. Atas prakarsa Daniel–Yos dan Han komunikasi semuanya jadi lancar dan beres. Daniel berdiri memberi kode. Mereka pindah ke kamar Daniel yang cukup luas untuk ukuran remaja. Di hamparan karpet hijau semuanya duduk dengan tertib dan tenang. Posisi tubuh sesuai selera sendiri-sendiri. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Ritual pesta segera dimulai. Sesajen telah siap dikeluarkan dari tas hitam kecil milik Yos. Biji-bijian dan lintingan komplit ada di situ. Bimbingan yang santun dan instruksi yang lembut dari Daniel telah dimengerti Bram dengan cepat dan cerdas. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Alunan musik mulai membelai gendang telinga dan sanubari masing-masing. Obsesi mimpi-mimpi dan halusinasi perlahan-lahan merambah menyebar berserakan bergentayangan di atmosfir kamar Daniel. Menyusup ke dalam roh-roh yang ada di situ. Mengalir ke dalam aliran darah-darah muda yang menggelora. Menciptakan irama yang khas pada degup-degup jantung mereka. Bagai campuran berbagai aliran musik pop yang ada menjadi satu kesatuan yang rasanya belum ada istilahnya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bram serasa terbang menembus awan melayang-layang di langit biru menggapai matahari pagi. Perlahan-lahan badannya terasa ringan. Seperti layang-layang naik-turun mengikuti desis angin yang berhembus. Tapi kepalanya mulai terasa berat. Namun begitu ia masih sempat lamat-lamat mendengar gelak-tawa kawan-kawannya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Disela-sela dentum suara bas yang bertubi-tubi, Bram telah menemukan pengalaman aneh dalam sentuhan rasa yang tak dimengertinya. Kepalanya bergoyang-goyang tanpa diperintah, menggeleng-geleng tanpa disuruh, kayak ondel-ondel Betawi di hari ulang tahun Jakarta. Dua matanya tidak tegas, nanggung, mau melek apa mau merem. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Antara mimpi dan sadar Bram terpejam. Ia tak perduli lagi pada suara hiruk pikuk yang merongrong telinganya. Dirasakan seperti ada tangan meremas-remas pipinya, lalu menggoyang-goyang tubuhnya, lantas menarik-narik kakinya. Sesaat ada lagi yang menggoyang-goyang keningnya bahkan menampar-nampar pipinya. Bram semakin terpejam. Tarikan nafasnya panjang-panjang. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Tiba-tiba musik berhenti. Telinganya menangkap suara-suara perintah dan ancaman yang keluar dari beberapa mulut. Bram enggan membuka matanya. Tapi ini harus dilakukannya dengan terpaksa. Dilihatnya samar-samar semakin banyak orang di sekelilingnya. Ia tak tahu siapa itu mereka yang datang. Tapi mengapa Yos dan Han telah diborgol oleh orang-orang itu ? Tapi mengapa juga Daniel telah dibekap dan didekap oleh orang-orang itu ? Dimana Mawar dan Yola ?</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bram mencoba menenangkan diri. Ia mulai sadar kalau ternyata tubuhnya juga telah didekap rapat oleh seseorang yang kekar. Seterusnya dalam dekapannya ia dipaksa untuk berjalan ke luar dari kamar dan masuk ke dalam mobil yang telah menunggunya di depan rumah Daniel. Ternyata Mawar dan Yola telah lebih dulu berada di dalam mobil. Juga Daniel – Yos dan Han.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Mobil meluncur kearah timur. Tak lama juga mobil berhenti. Bram dan kawan-kawannya diperintah turun. Ia mulai paham apa sebenarnya yang telah terjadi pada dirinya. Bram berjalan menunduk. Air matanya jatuh menetes di halaman Kantor Polisi. Ia dan kawan-kawannya digelandang menuju ruangan khusus. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Kini tiba giliran pesta yang berbeda. Bram dan kawan-kawan telah menjadi mangsa santapan para pewarta. Dengan rakusnya kilatan blitz dan moncong kamera terus menguntitnya. Mereka adu cepat saling mendahului satu sama lain. Seperti sekumpulan serigala lapar berebut bangkai seekor kijang. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bram menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dua matanya tak sanggup lagi menangis. Karena airmatanya telah terkuras habis. Tangisnya kini bergeser pindah ke lubuk hatinya yang paling dasar. Di situ ada segumpal rasa sesal yang harus ia nikmati. Satu hal lagi, di matanya yang merah, hadir terhunus sebilah pedang rasa benci setengah mati kepada televisi dan koran.***(Wonosobo 4413)</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Karya: <a href="http://www.facebook.com/rasjid.daljatmo" target="_blank">Rasjid Daljatmo</a></span>kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-61444830211177450042013-04-13T23:02:00.004-07:002013-04-13T23:02:58.894-07:00Andaikan..<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Andaikan sunyi sepi</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">bisa menghapus kenangan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">ku kan menyendiri</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">andaikan kegelapan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">bisa melepas kerinduan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">ku tinggalkan jalan terang<br />waktu tiada mampu<br />menggerus rasa rindu<br />hingga tetap tumbuh<br />menyesakkan kalbu<br />mencoba menghilang<br />ia semakin datang<br />mencoba melupakan<br />ia semakin nyata difikiran<br />ku sadari...<br />ia terlalu berarti.....</span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;"><br /></span>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Karya <a href="http://www.facebook.com/as.silviali" target="_blank">Ali Magfuri</a></span>kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-36980128681037567602013-04-13T23:01:00.000-07:002013-04-13T23:01:11.796-07:00Kebersamaan Dalam Perbedaan<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">"WALaupun berbeda beda tetapi tetap satu jua" seperti itulah salah 1 teks yg fundamental d Republik ini tepatnya teks Bhineka Tunggal Ika (BTI), BTI sendiri salah 1 dri 4 pilar bangsa, dari BTI it bsa dtarik kesimpulan bhwasanya indonesia adalah sebuah negara yg mengakomodir perbedaan-perbedaan yg ada selama memiliki tujuan yg sama. Brangkat dr itu seyogyanya toleransi merupakan sifat dasar yg harus mengendap d jiwa jiwa yg hidup d Nusantara, memang harus diakui membahas perbedaan seakan tanpa ujung sampai dimana batasanx dalam menerapkan toleransi it sendiri, it yg sekarang yg mash menjadi pro dan kontra dr insan indonesia, misalnya peristiwa d sampang, terjadi benturan yg serius antara pengikut suni-syiah dgn melayangnya nyawa salah satu pengikut, pdahal dalam kancah dunia tdk ada perselisihan yg serius diantara suni-syiah, bhkan d kancah dunia persatuan suni-syiah bgt gencar d suarakan. Sekilas membaca dr kejadian d sampang, harus diakui jika toleransi sdh menjadi hal tabu. Melihat perbedaan yg sudah menjadi bagian integral dalam kehidupan maka duduk bersama utk menyamakan persepsi dr pendpat2 yg berbeda wajib djalankan utk memperkecil jurang pemisah dan memperbesar jalan menuju persatuan, selama perbedaan it bukanlah hal2 pokok sdangkan hal hal pokoknya sama, knpa 2 pihak atau lebih yg brbeda hrus memperbesar perbedaan2an trsebut shg bs menimbulkan perpecahan. Bila perbedaan pihak satu dg pihak yg lainnya bukanlah hal pokok dan hal pokoknya sama, Alangkah indah dan damai jika qt bsa hdup dtengah perbedaan dg toleransi yg mengakar d masyarakatnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Karya <a href="http://www.facebook.com/ishak.amirol" target="_blank">Ishak Amirol</a></span></div>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-19422878309386250942013-04-13T22:59:00.001-07:002013-04-13T22:59:08.734-07:00Tuhan <span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Tuhan...</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">engkau paling tau</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">yang dibutuhkan hambamu,</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">yang terbaik untuk mahlukmu</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">kami manusia..</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">hanya bisa merasa<br />kurang ini, itu dan lainnya<br />padahal nikmatmu tak terkira<br />Tuhan...<br />beri kesabaran,<br />beri pencerahan,<br />beri kekuatan,<br />tuk bertahan,<br />pada takdir yang kau gariskan....</span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;"><br /></span>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Karya:Ali Magfuri</span>kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-11395621078698757432013-04-13T22:55:00.002-07:002013-04-13T23:09:35.297-07:00KUBURAN<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Kuburan tua itu telah kehilangan wibawanya. Kesan angker dan singup yang dulu bisa bikin bulu kuduk meremang, sekarang sudah pudar sirna dan hilang. Hilang ditelan temaram lampu-lampu neon jalanan yang gemerlapan. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Jalan itu dulu sempit, kini semakin lebar memuai menghimpit demarkasi pekuburan. Tak siapapun mampu menghadang terjangan syahwat pembangunan. Kuburan tua itupun tak berkutik dicekik perluasan kota yang semakin menggurita. Yang nampak sekarang hanyalah hamparan batu nisan berjajar di atas tanah merah kering-kerontang dicabik-cabik putaran roda jaman. </span><br />
<a name='more'></a><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Hutan kamboja-pun yang dulu pernah rimbun menjulang rindang, kini hanya tinggal kenangan, sejarahpun telah melupakan. Tersisa cuma sebatang, kesepian tanpa kembang-kembang yang indah asri memutih bersih. Daunnya nampak pucat lunglay, subur tidak–matipun tidak. Ada dua layangan sobek dan satu rangka layangan nyangkut di pucuknya. Menjadikan areal pekuburan tua itu semakin merana tak punya wibawa. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Dahulu di sekelilingnya hanyalah tanah tegalan yang sunyi. Tapi kini sudah berubah fungsi menjadi riuh dengan akar-akar dan pohon-pohon beton yang terus-menerus mendesak para arwah yang sudah lama menghuni pekuburan itu. Ada rumah, ruko, swalayan, bengkel, rental, warung bakso, salon kecantikan, pedagang kaki lima, dan yang saat ini sedang dibangun adalah show room yang berbatasan langsung dengan batas wilayah pekuburan itu. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Menurut isu yang berhembus, pemilik bakal show room juga tengah melirik areal pekuburan tua itu. Konon katanya urusannya sudah sampai pada taraf sedang dijajagi ke pihak-pihak terkait yang berwenang. Namun prosesnya tidak mudah, karena sedang tawar-menawar dengan alotnya. Persoalannya menurut isu berikutnya, adanya peminat lain yang katanya lebih berani dengan harga lebih tinggi berniat membangun SPBU di situ. Sehingga pengambil keputusan jadi limbung bingung menimbang-nimbang lebih menguntungkan yang mana.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Kabar burung itu sempat hinggap di telinga Panut abang becak yang biasa mangkal di depan swalayan. Kata Panut kepada Paijo rekan sesamanya, “ Jo, jebul yang bisa digusur tidak hanya rumah-rumah liar yang sedang ditempati orang-orang susah yang masih hidup, tapi rumah-rumah resmi orang yang sudah matipun juga bisa digusur ”. Panut tertawa ngakak, suaranya lantang kayak burung gagak lagi birahi. “Jadi orang mati susah juga ya”, kata Panut santai.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Semua itu bisa terjadi mungkin karena jumlah orang hidup yang semakin banyak, sehingga kepentingan orang matipun jadi terdesak. Jika jumlah orang hidup semakin banyak, maka otomatis butuh makan butuh papan butuh sandang yang semakin banyak pula. Untuk itu mereka saling bersaing, mereka saling menyingkirkan, mereka saling bermusuhan, mereka saling berkawan, mereka saling menipu, mereka saling selingkuh, mereka saling membunuh, mereka saling memfitnah, mereka saling bekerjasama, mereka saling menjadi maling, mereka saling mendoakan, mereka saling mencaci-maki. Bisa demi uang, bisa demi sebutir nasi, bisa demi sebutir berlian, bisa demi seuntai cinta, bisa demi martabat keluarga, bisa demi egoism, bisa demi harga diri, bisa demi persahabatan, bisa demi keserakahan dan bisa demi-demi yang lain apa saja terserah suka-suka. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Rupanya sekarang ini tak ada lagi permukaan bumi yang bebas dari incaran orang-orang berduit untuk mencari duit. Laut , pantai, danau, sungai, gunung, hutan, langit mungkin, bahkan tanah kuburanpun bisa jadi rebutan. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Jaman dulu jangankan masuk ke areal pekuburan itu, siang hari saja lewat di jalan depannya tak semua orang berani menoleh ke hamparan nisan-nisan itu. Apalagi malam hari. Pohon-pohon kamboja yang rindang telah memberikan nuansa aura tersendiri. Terlebih ketika senja tiba, apalagi saat hujan gerimis langit mendung. Hanya Mbah Truno seorang diri yang berani nyali masuk ke areal pekuburan itu. Siang maupun malam. Karena ia memang juru kuncinya yang juga tinggal berdampingan di belakang areal pekuburan itu. Mbah No, begitu orang-orang memanggilnya. Usianya kini 70 tahun lebih. “ Saya menjadi juru kunci di sini mulai Rudi Hartono pas jadi juara badminton “, begitu katanya suatu ketika saat ditanya oleh salah seorang peziarah yang mengaku masih kerabat dekat dengan salah satu ahli kubur.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Menurut pengakuannya, Mbah No merupakan generasi ke tujuh turun temurun yang menjadi juru kunci sejak tanah itu diikhlaskan menjadi pemakaman umum oleh pemiliknya Ki Demang Sugro pada waktu itu. Mbah No yakin bahwasanya turun temurun menjadi juru kunci makam adalah sudah ginaris dari sananya. Iapun ingin bila saatnya tiba nanti agar dirinya juga dikubur berdampingan dengan makam isterinya di situ. Seperti halnya enam pendahulunya. Sayangnya keinginan ini belum bisa diwasiatkan kepada siapapun. Inilah persoalannya yang membuat hatinya risau. Ia tidak punya keturunan. Ketujuh saudaranya semuanya sudah mati lebih dulu. Para keponakannya dan family dari isterinya tak ada yang gubris pada dirinya. Justru tetangganya yang nota bene orang lain malah peduli kepadanya. Lalu siapa yang akan menjadi pewarisku ? Siapa yang akan menangani penguburanku kelak bila aku dipanggil ? </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Sebagai juru kunci Mbah No sangat hapal seluk-beluk semua kuburan di situ. Ini makam siapa, itu makam siapa, ini trah turunan siapa dan seterusnya dan seterusnya. Semua yang diketahuinya itu didasarkan atas pitutur dari pendahulunya dan juga menurut catatannya sendiri. Ia masih ingat betul apa yang dikatakan oleh almarhum orang tuanya dulu. Menjadi juru kunci kuburan adalah pengabdian. Pekerjaan juru kunci kuburan memiliki nilai keikhlasan yang tinggi, bukan paksaan dan tidak digaji secara pasti. Tidak semua orang bisa menjalaninya meski itu keturunan langsung sekalipun. Enak dan tidak-enaknya sangatlah relatif dan abstrak. Untung-rugi dan suka-dukanya juga sangat beragam. Tidak bisa diukur dengan nilai materi semata. Di situ ada kemewahan batin yang tak bisa dijual-belikan. Sehingga walaupun sudah separo lebih usianya hanya digunakan untuk bergelut dengan pekuburan tua itu, ia seperti terasing dari sentuhan materi dunia dan dunia materi. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Seandainya yang dimakamkan di situ ada seorang saja yang tercatat dalam buku sejarah nasional, ataupun ulama kondang yang berpengaruh, mungkin limpahan peziarah relative dapat memberikan nilai lebih kepada isi kantong Mbah No. Sayangnya semua almarhum di situ adalah orang-orang kebanyakan. Malah ada beberapa makam gelandangan tak dikenal, preman yang mati dimassa dan gali bertato korban petrus tempo lalu. Sehingga tidak mungkin orang akan berbondong-bondong datang berziarah.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Mbah No sedih melihat situasi wilayah kerjanya saat ini. Menurutnya, suasana di pekuburan ini sudah tak karuan semakin semrawut. Di sana-sini nampak jemuran kumal milik gelandangan yang digeletakkan seenaknya di atas nisa-nisan itu. Di pinggiran areal pekuburan gelandangan mendirikan beberapa gubuk kumuh sekedar tempat berlindung bagi tubuh dan nyawa mereka. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak mampu bertindak, mereka lebih sengsara dari pada aku, itulah prinsip Mbah No. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Juga para pekerja bangunan banyak yang menaruh peralatannya sembarangan di seputaran wilayah pekuburan. Kalau ada barang hilang yang barangkali disikat oleh para pemulung atau gelandangan, yang dijadikan sasaran sebagai nara sumber pertama pertanyaannya adalah Mbah No. Ini sungguh sangat tidak mengenakkan baginya. Kalau sudah begitu ia hanya bisa menjawab tidak tahu, meskipun ia tahu, karena prinsipnya : itu bukan urusanku, itu salahmu sendiri naruh barang seenaknya, dan semua orang harus mencari nafkah. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Bila musim angin tiba, tak terhitung lagi jumlah anak-anak yang bermain layang-layang di situ. Kakinya berlompatan menginjak-injak kuburan dengan tidak-sopannya sambil berlari-lari ke sana ke mari. Sering terjadi ada yang lututnya luka melocot gara-gara saling berebut mengejar layangan putus kesandung batu nisan. Beberapa batu nisanpun ambruk roboh ke tanah. Kalau sudah begini, tentu menambah pekerjaan Mbah No. Nampaknya pekerjaan ini sepele. Tapi kalau ditunda-tunda bisa menghilangkan jejak kuburan itu. Karena tidak semua kuburan telah dikijing oleh pewarisnya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Ada juga yang bermain badminton asal-asalan. Bahkan ada yang nekad bermain bola. Mbah No susah juga memperingatkan anak-anak bengal itu. Salah-salah bisa orang tuanya yang datang gak terima. “Memangnya kuburan ini milikmu, cuma tukang jaga kuburan saja berlagak”, kalimat-kalimat seperti itu pernah masuk ke telinga Mbah No. Beruntung telinga Mbah No agak tuli sedikit. Sehingga adu mulutpun tak berlanjut lebih seru. Yang ada di benaknya cuma prihatin dan kasihan kepada anak-anak itu. Kasihan karena sekarang anak-anak itu sudah tidak mudah lagi menemukan ruang terbuka sekedar buat bermain-main bersama.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Yang lebih menyakitkan lagi bila tiba saat musim nyadran. Beberapa pemuda mengatas-namakan organisasi pemuda setempat tiba-tiba menyatakan diri sebagai petugas parkir yang sah dan resmi di seputaran makam. Hasilnya malah dibuat mabuk-mabukan di situ juga. Ada pula beberapa orang bergantian yang mengaku sebagai juru kunci di situ. Dengan tenangnya orang-orang itu melakukannya dengan mantap, sopan dan meyakinkan. Semua kelakuan itu ujung-ujungnya duit. Kalau sudah begitu Mbah No justru lebih suka menyingkir sambil mengamati gerak-gerik mereka dari jarak yang agak jauh. Dari pada mendapatkan intimidasi yang pada ahirnya berujung pada perseteruan berkepanjangan, Mbah No tak mau itu terjadi di sisa hidupnya. Ia ingin mengisi sisa hari-harinya dengan menyintai dan dicintai sesamanya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Tapi sebenarnya bukan semata-mata masalah intimidasi ini yang membuat Mbah No memilih menyingkir. Ia hanya lebih merasa memberikan kesempatan saja kepada orang-orang itu. Mungkin orang-orang itu butuh pekerjaan karena tidak punya pekerjaan tetap, atau mereka memang punya bakat alam yang butuh penyaluran. Dan barangkali juga bisa membantunya bila mana memang diperlukan. Tinggal memberinya pengetahuan tambahan saja mengenai seluk-beluk ahli kubur yang ada di situ.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Diam-diam Mbah No serius mengamati juru kunci-juru kunci palsu itu. Kalau ia boleh membuka pendaftaran calon penggantinya, menguji dan memilih siapa diantara mereka yang lulus dan pantas menjadi juru kunci beneran, Mbah No sudah punya pilihan. Pilihannya jatuh kepada yang namanya Dirmin. Tetapi Mbah No belum siap mental untuk berbicara kepada Dirmin. Karena ia juga tidak tahu apakah dirinya punya kewenangan dan hak untuk menunjuk penggantinya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Siang hari usai solat lohor Mbah Truno duduk jongkok memandangi makam isterinya. Tubuhnya yang tua nampak lemas kepayahan. Sorot matanya layu dan redup. Sudah lebih setengah jam mulutnya komat-kamit membaca doa. Kepalanya tertunduk, dua matanya meneteskan air bening. Dua tangannya dan sepuluh jemarinya tak henti-henti bergerak-gerak, ia tak rela rumput-rumput liar tumbuh di atas makam isterinya. Semakin tajam ia memandang makam itu, semakin deras air bening mengalir dari matanya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Sesaat kepalanya mendongak, matanya yang cekung memandang penuh kasih sayang ke sudut-sudut pekuburan. Ia melihat seorang gelandangan renta tengah menjemur tikar kumal diantara anak-anak tanggung yag tengah berlari-larian mengejar layangan putus. Ada juga anak-anak bermain bola dengan teriakan-teriakan khasnya. Anginpun berhembus menggoyang-goyang pucuk-pucuk kamboja.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Mbah Truno kembali menundukkan kepalanya. Dua matanya lebih deras lagi meneteskan air bening. Hatinya berbisik seperti apa yang dikatakan Pak Lurah kepadanya tadi pagi di Kantor Kelurahan. Dua bulan lagi kamu dan semuanya di sini akan dibongkar. Semuanya akan dipindah ke tempat yang baru. Karena di sini akan dibangun pom bensin. Pom bensin lambang kesejahteraan orang-orang ber-uang. Pom bensin yang nantinya juga akan menyerap tenaga kerja lebih dari satu orang. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Teka-teki dalam hati Mbah Truno bertanya-tanya, di tempat baru nanti, masih adakah tempat untuk para gelandangan itu ? Masihkah anak-anak itu bisa bermain-main lagi di sana ? Lalu akan ke manakah aku setelah itu ? </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Tiba-tiba tubuh tua Mbah Truno tersungkur dan terkapar tepat ke tengah-tengah pusara isterinya. Bukan karena jantungan tak tahan menahan kesedihannya. Melainkan karena adanya bola liar yang berasal dari tendangan ngawur anak-anak itu telah menghantam punggungnya. Seketika anak-anak itu berlarian bubar berpencar menjauhi kuburan. Bola itu berdesis seperti ular pyton kelaparan, melayang-layang dengan kecepatan dan kekuatan yang berlebih kalau hanya untuk merontokkan jantung Mbah Truno.*** ( Wonosobo 13413 )</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Karya:<a href="http://www.facebook.com/rasjid.daljatmo" target="_blank">Rasjid Daljatmo</a></span>kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-53941060549538104052013-02-24T19:33:00.002-08:002013-02-24T19:33:34.796-08:00JIKA ROKOK ITU BAIK<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Jika ROKOK itu MENYEHATKAN... Kenapa dalam daftar menu 4 sehat 5 sempurna ROKOK tidak masuk?!<br /> <br /> Jika ROKOK itu HALAL... Kenapa tidak ada label HALAL dari MUI minimalnya?!<br /><span class="text_exposed_show"> <br /> Jika ROKOK itu LAMBANG KEJANTANAN... Kenapa dibungkusnya terdapat peringatan bahwasanya ROKOK MENYEBABKAN IMPOTENSI?!<br /> <br /> Jika ROKOK itu BAIK... Kenapa mereka para PEROKOK tidak BERANI memberikan ROKOK kepada anak-anak dan isteri mereka?!<br /> <br />
Dan jika sekiranya PARA PEROKOK ITU BERAKAL... Maka sudah pasti mereka
sadar akan kebodohannya mencampakkan diri ke dalam kebinasaan di dunia
dan akhirat dengan sebab ROKOK yang KHOBIST/KOTOR!<br /> <br /> Hampir
setiap kita beli produk apapun yang dikonsumsi PASTI ada tanggal expire
ata kadaluwarsa; KECUALI RACUN... Yah jika kita bolak-balik bungkus
ROKOK tidak akan kita temukan tanggal produksi dan kapan
kadaluarsanya... Kenapa? Karena ROKOK itu termasuk RACUN dan sudah
KADALUARSA ketika keluar dari pabriknya! Yang bahkan sepakat para ahli
medis baik muslim maupum kafir akan kejelekan ROKOK dan merusak
kesehatan... Belum lagi dalam tinjauan syar'i yang MENGHARAMKAN ROKOK...</span></span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Posted By:Riky Tri Yuniawan </span></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-70625120881326472392013-02-24T19:31:00.003-08:002013-02-24T19:31:47.834-08:00POLITIK DAN AGAMA<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Belakangan
ini dunia perpolitikan dterpa hembusan angin kencang terkait dugaan
pelanggaran hukum yg d lakukan kader partai - partai politik, disisi
lain pembahasan yg tdak kalah menarik ktka ada pembicaraan agama dan
politik, jika berbicra hal it sebagian orang berpendapat jika politik
dan agama merupakan 2 bidang yg berbeda , pendpat it hadir dg beraneka
ragam premis premis yg dsampaikan, tp ujung2nya politik berpisah dari
agama atau bhkan politik tetp lebih berkuasa . Itulah sedikit gambaran
tntang kedikdayaan politik terhadap agama. Disisi lain sebagian orang
berpendapat bhwasanya politik it adalah cabang dari agama, dalam artian
kedudukan atau jabatan tertinggi haruslah terletak pada ulama yg paham
hukum agama, taat beragama, serta mampu menentukan kebijakan kebijakan
besar yg tidak tunduk pd politik. dari kedua pendpat tersebut yg paling
bnyak dterapkan adalah politik dan agama adalah 2 hal yg berbeda dg
menjadikan politik lebih berkuasa dari agama........</span></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0Kalisat 68193, Indonesia-8.118787 113.82097699999997-8.244543 113.65961549999997 -7.9930309999999993 113.98233849999997tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-82006446905878405742013-02-24T19:28:00.003-08:002013-02-24T19:29:53.137-08:00Puisi Bj Habibie Untuk Istrinya Ibu Ainun<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu...<br /> karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya...<br /> Dan kematian adalah sesuatu yang pasti...<br /><span class="text_exposed_show"> Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi,aku sangat tahu itu...<br /> <a name='more'></a><br /> Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat...<br /> Adalah pernyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,<br /> sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,<br /> hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilanh isi......<br /> <br /> Kau tahu sayang,<br /> Rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang<br /> Pada air mata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang...<br /> Pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada.....<br /> <br /> Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini...<br /> Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang....<br /> Tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik...<br />
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku tahu , kau ajarkan aku arti
cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini...<br /> <br /> Selamat jalan...<br /> <br /> Kau dari-Nya , dan kembali pada-Nya...<br /> kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada....<br /> <br /> Selamat jalan sayang...<br /> Cahaya mataku, penyejuk jiwaku...<br /> Selamat jalan...<br /> Calon bidadari surgaku....</span></span></span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><span style="font-size: small;">Posted By:Indr<span style="font-size: small;">a</span> Uhuy Uh<span style="font-size: small;">uy</span></span></span></span></span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage uiStreamHeadline" data-ft="{"tn":":"}">
</h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span class="text_exposed_show"> </span></span></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com1Kalisat 68193, Indonesia-8.118787 113.82097699999997-8.244543 113.65961549999997 -7.9930309999999993 113.98233849999997tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-58545342129589825882013-02-24T19:27:00.000-08:002013-02-24T19:27:07.169-08:00Wahai para wanita<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<a href="http://sphotos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/282702_2882477841056_1523848270_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Wahai para wanita" border="0" height="200" src="http://sphotos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/282702_2882477841056_1523848270_n.jpg" width="170" /></a><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Wahai para wanita...tahukah anda bahwa: <br /> <br /> (1) Semakin banyak pandangan lelaki yang tergiur<br /> denganmu semakin bertumpuk pula dosa-dosamu ... <br /> <br /><span class="text_exposed_show"> (2) Semakin sang lelaki menghayalkanmu. -..semakin<br /> berhasrat denganmu maka semakin bertumpuk pula<br /> dosa-dosamu ... <a name='more'></a><br /> <br /> (3) Janganlah anda menyangka senyumanmu yang kau<br /> tebarkan secara sembarangan tidak akan ada<br /> pertanggungjawa bannya kelak..!!!. Bisa jadi<br /> senyumanmu sekejap menjadi bahan lamunan seorang<br /> lelaki yang tidak halal bagimu selama berhari-hari..,<br /> apalagi keelokan tubuhmu .... <br /> <br /> (4) Bayangkanlah ... betapa bertumpuk dosa-dosa para<br /> artis dan penyanyi yang aurotnya diumbar di hadapan<br /> ribuan...bahkan jutaan para lelaki?? <br /> <br /> (5) Jika anda menjaga kecantikanmu dan kemolekan<br /> tubuhmu hanya untuk suamimu...maka anda kelak<br /> akan semakin cantik dan semakin molek di surga<br /> Allah .... <br /> <br /> (6) Akan tetapi jika anda umbar kecantikanmu dan<br /> kemolekanmu maka ingatlah itu semua akan sirna dan<br /> akan lebur di dalam liang lahad menjadi santapan<br /> cacing dan ulat...dan di akhirat kelak...bisa jadi<br /> berubah menjadi bahan bakar neraka jahannam!!! <br /> <br /> Semoga bermanfaat...</span></span></span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Posted By: </span></span></span></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"></span>Riky Try Yuniawan</span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span class="text_exposed_show"> </span></span></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-28410020219916371312013-02-24T19:23:00.000-08:002013-02-24T19:23:06.708-08:00Pak Surip<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<a href="http://sphotos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/398024_133338373496240_866279774_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://sphotos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/398024_133338373496240_866279774_n.jpg" width="136" /></a><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span>Sinar
mentari masih semburat merah di ufuk timur. Pertanda hari baru telah
lahir. Awan berarak mengikuti kemauan sang bayu nan semilir. Embun pagi
kemilau putih menempel di rerumputan. Aku sungguh terpesona menatap
ciptaan Tuhan itu. Sayang kemilau itu menjadi sirna ketika puluhan bebek
yang dikomandani Pak Surip menerjangnya tanpa ampun. Akupun kecewa ,
karena untuk melihatnya lagi butuh waktu 24 jam lagi. Pak Surip tak
sadar bahwa dia telah mengecewakan aku. Tapi biarlah karena ini memang
salahku sendiri, mengapa sepagi itu aku ingin melihat bebek-bebek Pak
Surip yang berbaris indah dengan suaranya yang bersahut-sahutan.....
weeeeekk.....weeekkk....weeekk</span><wbr></wbr><span class="word_break"></span>k......Aku hanya bisa berdoa semoga esok pagi Tuhan masih berkenan mengijinkan aku melihatnya kembali.</span></span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"> Posted By:Pamella Puspita Sari</span></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0Kalisat 68193, Indonesia-8.118787 113.82097699999997-8.244543 113.65961549999997 -7.9930309999999993 113.98233849999997tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-31529734355831159812013-02-24T19:19:00.001-08:002013-02-24T19:24:36.658-08:00M A L I N G<span style="font-size: small;"></span><br />
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Pas
rame-ramenya upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan di
alun-alun, Mat Coleng menggelepar di selokan. Dihajar bertubi-tubi oleh
jotos atos di kompleks perumahan MewahRumahIndah. Semua kepalan jotos
itu milik sembilan orang pembantu laki-laki di RT 234. Tentu saja tak
perlu diragukan lagi kwalitas jotosannya. Tanpa perhitungan mereka
hambur-hamburkan emosinya. <br /> <br /> Semua jotos tepat sasaran. Tak
satupun yang meleset. Arahnya menuju ke empat titik. Perut – ulu
hati – dagu dan wajah Mat Coleng. Ia ketangkap basah mencuri ayam-ketawa
di rumah Pak Frans. Rumah yang lagi sepi hanya ditunggu oleh Monyol
pembantu laki-lakinya. Karena pemiliknya Pak Frans beserta keluarganya
sedang menghadiri ulang tahun cucunya di Jakarta.<a name='more'></a><br /> <br /> Pagi itu
posisi matahari kira-kira sudah enam puluh derajat , tapi Monyol masih
enak-enakan molor. Barangkali ia merasa merdeka diberi kepercayaan oleh
majikannya untuk menunggu rumah selama seminggu. Atau mungkin karena
semalam ia kecapaian nonton dangdut sambil jogetan. Sehingga lampu teras
belum sempat dimatikan. Apalagi untuk menyapu halaman, aneka sampah
masih nampak bebas bertebaran di situ. Situasi dan kondisi Rumah Pak
Frans yang begini ini sudah sangat dipahami oleh Mat Coleng.<br /> <br />
Namun kiranya sial nasib Mat Coleng. Perhitungannya meleset. Dikiranya
wilayah RT 234 akan sepi. Karena anggapannya semua warga akan
berbondong-bondong ke alun-alun menghormati upacara detik-detik
proklamasi. Ternyata tidak, terhadap upacaranya warga tak perduli, tapi
hiburannya yang dicari-cari. <br /> <br /> Mat Coleng memang gampang masuk
halaman belakang rumah Pak Frans. Namun ironisnya Mat Coleng ketangkap
basah justru oleh pembantu rumah sebelahnya, bukan oleh Monyol. Mestinya
Monyol yang bertanggungjawab atas keamanan dan kebersihan lingkungan
rumah Pak Frans. Baik itu ada Pak Frans maupun tidak.<br /> <br /> Mat
Coleng jadi bulan-bulanan bogem mentah. Kepalanya ditimpuk batu. Darah
mengucur dari unyeng-unyengnya. Mulutnya merot mringis kesakitan.
Tubuhnya diseret, lalu dilempar ke got yang mampet. Walhasil , darah
segar bercampur pcerren menghias wajahnya. Tapi ia sangat tabah. Tak ada
rintihan. Apalagi suara tangisan. <br /> <br /> Mat Coleng pantang minta
ampun. Ia takut ditertawakan. Menurutnya tertawa itu identik dengan
rasa senang. Sehingga dikawatirkan kebablasan. Alasan menggebug bisa
bergeser menjadi tidak jelas. Bukan lagi soal maling ayam. Tapi
menggebug rame-rame demi kesenangan rame-rame. Ini yang dikhawatirkan.
Ia menghindari itu. <br /> <br /> Agar masalahnya tak ikut semakin bengkak,
Mat Coleng tak sudi untuk menjerit minta ampun. Ia waswas kalau
digebugin sambil ditertawakan. Ini akan lebih menyakitkan. Bisa gak
selesai-selesai urusannya. Padahal sebenarnya kalau seumpama Mat
Coleng pintar berpura-pura mati misalnya atau hampir mati, mungkin saja
ada yang iba. Bahkan bisa jadi mereka ketakutan sendiri.<br /> <br /> Hanya
telungkup pasrah yang bisa ia lakukan. Melawan berarti ulo marani
gebug. Mat Coleng tak mau itu. Wajahnya hitam lebam. Dua matanya sudah
tenggelam. Tapi masih mampu mengeluarkan sorot api dendam yang tak
terukur. Ia berusaha menghapal satu-persatu wajah pemilik jotos itu.
Musti ada perhitungan cerdas. Mengalah untuk menang. Lain hari, suatu
saat nanti , entah kapan dan dimana, pokoknya harus ketemu. Satu lawan
satu, jangan main keroyokan , dada Mat Coleng mendidih. Terutama kepada
yang disebut-sebut bernama Monyol.<br /> <br /> Harga ayamnya memang tak
seberapa dibanding harta kekayaan pak Frans. Tapi bagi Mat Coleng, kalau
dijual itu sudah bisa menghidupi 3 nyawa di rumahnya. Paling tidak
untuk sebulan. Namun bagi warga, persoalannya bukan itu. Mencuri apapun
ya tetap mencuri. Tidak dibenarkan oleh norma yang manapun.<br /> <br />
Tak ada yang mau melerai. Mungkin takut dianggap membela maling. Atau
menganggap maling ketangkap adalah hiburan gratis yang perlu dinikmati.
<br /> <br /> “ Pateni..…pateni…..!, bunuh..….bunuh..….!,
jantur..…jantur…!, moddyar…..moddyar….!”, kata Jaimo yang sejak awal
tidak memanfaatkan kepalannya. Hanya mulutnya yang gemuruh. <br /> <br />
Coleng belum menemukan wajah Jaimo. Orang ini menjadi catatan batin
Coleng. Untuk yang banyak ngomong dan banyak memukul terutama Monyol,
dengan gampang Coleng menghapal wajahnya. Ini tantangan dan penghinaan
sekaligus kesewenang-wenangan, pikir Mat Coleng. Wajah Monyol terus
diingat mata Mat Coleng. Besuk kalau aku sudah merdeka , kamu tak
habisi, cita-cita Mat Coleng. <br /> <br /> Sementara ada juga yang tanpa
ngomong. Tapi dalam semenit uppercut-nya bisa tujuh kali menabrak dagu
Mat Coleng. Bila dilihat dari perawakannya, Mat Coleng tak percaya kalau
orang yang kurus-pucat itu ternyata rajin memberinya upper-cut. Ini
mungkin tipe manusia pembunuh berdarah dingin. Orang macam ini di
lingkungan preman sering disegani. Kadang malah dijadikan pemimpinnya.
Aku harus waspada dia besok, pikir Mat Coleng. <br /> <br /> Mat Coleng
masih nglesot di selokan. Kepalanya lunglay tertunduk layu. Ia tak
berani menatap sembilan orang yang berdiri mekangkang di hadapannya di
atas got. Meski terlambat , tiba-tiba seorang satpam kompleks perumahan
datang. Ia menyibak kerumunan. Berdiri lurus ia di atas Mat Coleng.
Sorot matanya tak terlihat macam apa. Apa marah apa kasihan. Kerna ia
pakai kacamata hitam.<br /> <br /> “ Bawa ke kantor polisi “, katanya sambil nuding-nuding. <br /> <br /> Mat Coleng sedih mendengarnya. Kerna ia belum punya <br />
pengalaman di sana. Tapi ia juga berharap. Dari pada disini, beban
pukulan bisa bertambah setiap detik, pikirnya. Kalaupun toh masih harus
digebugi lagi sama pak pulisi, mudah-mudahan pak polisi pakai ukuran
yang pas.<br /> <br /> “ Dibawa pakai apa ? “, kata salah seorang.<br /> <br /> “ Seret aja pake motor nih ada dadung “, kata yang lain.<br /> <br />
Satpam diam. Dia bingung. Mau diboncengin pakai motor bisa resiko.
Siapa tahu maling ayam ini tiba-tiba mencekik leher dari belakang.
Nyalinya terganggu juga. Sebab bekerja sebagai satpam bukan karena
cita-cita. Tapi karena nasib. Kebetulan lewat di situ pick-up bak
terbuka habis mbongkar pasir. Apa boleh buat. Dengan ragu-ragu distopnya
pick-up bak terbuka. <br /> <br /> “ Tolong mas, bawa maling ke polsek “, katanya. <br /> <br /> Supir mengangguk. Nampaknya terpaksa tidak berani menolak. Enam orang mengawal Coleng menuju Posek dipimpin satpam.<br /> <br />
Mobil melewati alun-alun. Di situ lagi ramai peringatan detik-detik
proklamasi. Coleng menangis. Satpam heran mengapa maling ini baru nangis
sekarang, kok gak dari tadi-tadi waktu digebukin. Ternyata Coleng
menangis bukan karena kesakitan. Ia terharu teringat cerita neneknya.
Bahwa dulu kakeknya ikut berjuang di masa revolusi. Nyawanya
disumbangkan untuk kemerdekaan. Mestinya aku ikut mengheningkan cipta.
Mendoakan kakek dan kawan-kawannya. Tapi aku malah nyolong ketangkep.
Mat Coleng semakin sesenggukan. Terbayang wajah isteri dan dua anaknya
masih kecil-kecil di rumahnya. <br /> <br /> “ Keterlaluan kamu. Ini hari
yang sakral bagi Bangsa Indonesia. Kamu malah berbuat yang sangat-sangat
tercela “, kata Pak Polisi dengan geram. <br /> <br /> Coleng tertunduk
bisu. Ia menggaruk-garuk darah yang mulai mengering di pelipisnya. Ada
secuil rasa sesal di balik pelipisnya. Tapi itu sudah tidak berguna.
Padahal menurutnya semua ini sudah dilakukannya melalui perhitungan
yang matang. Karena selain melalui pengamatan yang cermat, juga sudah
sesuai dengan petunjuk primbon yang dimilikinya. Aku tidak bermaksud
menodai, apalagi tidak menghormati hari kemerdekaan, kata Coleng dalam
hati. <br /> <br /> Di kantor polisi Coleng semakin tak berkutik. Coleng
langsung dikerangkeng sesuai prosedur. Menurut infonya, sejak dua bulan
terahir Coleng memang masuk dalam target sasaran. Tetapi polisi tidak
mau gegabah asal tangkap. Hari ini saksi dan barang bukti sudah lengkap
ada. Tinggal mengorek lebih lanjut.<br /> <br /> “ Terima kasih bapak-bapak
telah membantu kami sebagai aparat. Jadi terbukti jelas ya pak, bahwa
keamanan itu tidak hanya semata-mata menjadi tanggung jawab polisi. Tapi
juga tanggung jawab masyarakat. Seperti yang telah bapak-bapak lakukan
ini. Semua ini akan kami tindak lanjuti sesuai prosedur hukum yang
berlaku. Kiranya bapak-bapak sudah bisa meninggalkan Coleng di sini.
Untuk selanjutnya menjadi tanggung jawab kami, terima kasih “, kata Pak
Polisi mantap kepada satpam dan kawan-kawan.<br /> <br /> Dua pagi
berikutnya Pak Frans pulang dari Jakarta. Rumahnya kembali ramai
didatangi warga yang telah menangkap basah Mat Coleng. <br /> <br /> “ Kalau gak ada saya , maling itu sudah mati digebugin warga pak “, kata Satpam kepada Pak Frans. <br /> <br />
“Untung ada saya pak “, kata Monyol menyela, “ kalau tidak , mungkin
maling itu sudah mendongkel pintu rumah dan menguras segala isinya “.
Semua mata memandang ke arah Monyol.<br /> <br /> “ Iya ya. Terima kasih
bapak-bapak telah ikut menjaga rumah ini selama saya dan keluarga ada di
Jakarta “, kata Pak Frans sambil menyilahkan semua tamunya menikmati
oleh-olehnya dari Jakarta.<br /> <br /> Sore harinya Pak Frans mendatangi
kantor polisi. Wajahnya kelihatan murung. Ia percaya tak percaya Mat
Coleng mencuri ayam-ketawanya.<br /> <br /> “ Selamat sore pak “, kata Pak Frans kepada Pak Polisi.<br /> <br /> “ Selamat sore, ada yang bisa saya bantu ? Bapak dari mana ? “, sambung Pak Polisi ramah.<br /> <br />
“ Saya Frans pak, mau menanyakan masalah Mat Coleng yang tempo hari
mencuri ayam di rumah saya, dan sudah diserahkan ke sini oleh tetangga
yang menangkap basah “.<br /> <br /> “ O ya pak, kebetulan bapak hadir ke
sini. Ada beberapa hal yang perlu kami bicarakan dengan Pak Frans “,
kata Pak Polisi mewawancarainya. <br /> <br /> Ada beberapa pertanyaan yang
harus dijawab Pak Frans terkait peristiwa itu. Lama-lama bosan juga ia
ditanya macam-macam terus menerus. Hati kecilnya ingin bertemu Mat
Coleng. Seperti apa dan bagaimana kondisinya saat ini.<br /> <br /> “ Sebenarnya maksud saya datang ke sini begini pak “, kata Pak Frans.<br /> <br /> “ Bagaimana ?! “.<br /> <br />
“ Saya sama sekali tidak keberatan, dan ikhlas sepenuhnya ayam-ketawa
saya diambil oleh Mat Coleng. Malah kalau perlu saya tambahi dengan
ayam-alas saya pak. Sungguh pak. Saya mohon Pak Polisi bisa membebaskan
dia pak “.<br /> <br /> “ Lo…lo…lo.... kok begitu ?! “.<br /> <br /> “ Iya pak “.<br /> <br /> “ Dia kan maling yang sudah mencuri di rumah Pak Frans “.<br /> <br />
“ Tapi saya kasihan sama Mat Coleng pak. Hanya soal ayam yang harganya
tak seberapa, dia dan keluarganya jadi menderita. Kan kasihan pak. Saya
merasa ikut berdosa pak “.<br /> <br /> “ Ini bukan soal ikhlas dan kasihan
Pak Frans. Ini soal pidana pak, soal hukum. Kami ini aparat penegak
hukum yang harus melaksanakan penegakan hukum. Bukti dan saksi sudah
lengkap pak. Barangkali juga ada kriminalitas dan pidana lain yang
mungkin terkait dengan Mat Coleng pak. Ini perlu kami telusuri “.<br /> <br />
“ Maaf pak, niat saya datang ke sini bukan untuk berdebat. Saya hanya
mohon agar Mat Coleng dibebaskan. Karena saya merasa ikhlas, dan sama
sekali tidak keberatan dia mencuri ayam-ketawa saya pak “.<br /> <br /> “Jadi Pak Frans melindungi maling ?! Ini ada hukumnya juga pak “.<br /> <br />
Pak Frans diam. Semangatnya untuk membebaskan Mat Coleng jadi
mengkerret. Takut juga ia dianggap melindungi maling. Keinginannya untuk
bertemu Mat Coleng di sel tahanan semakin menggelitik nuraninya. Tapi
ia merasa lebih baik jangan sekarang. Ada hal lain yang juga penting
harus kulakukan, pikirnya.<br /> <br /> Keluar dari kantor polisi mobil Pak
Frans berhenti di depan super market. Dibelinya sekantong beras sepuluh
kilogram, telur ayam dua kilogram, kecap dua botol , sarden dua kaleng,
gula kopi dan teh secukupnya, serta rokok kretek lima bungkus. Semua
belanjaannya dimasukkan dalam satu dus, kecuali rokok yang dipisah. Ia
langsung tancap gas menuju rumah Mat Coleng.<br /> <br /> Tahu yang datang
Pak Frans, isteri Mat Coleng gemetar ketakutan. Ia menangis menguras air
matanya. Dari bibirnya terucap permohonan maaf berkali-kali. Ke dua
anaknya yang masih ingusan turut meramaikan tangis ibunya. Banyak
tetangga yang melihat kedatangan Pak Frans. Mereka diam-diam mengintip
dengan caranya masing-masing. Pak Frans tahu ini. Rasanya risi juga
diintip banyak orang. Hingga ia tak ingin lama-lama di rumah Mat Coleng.
<br /> <br /> “ Sudah………sudah…..….jangan menangis………..kasihan
anak-anakmu……aku gak papa…soal ayam aku ikhlas….., ini sekedar untuk
keperluan anak-anakmu…”, kata pak Pak Frans sambil menyerahkan dus
belanjaannya dan dua lembar ratusan ribu. <br /> <br /> Iapun terus pamit
berlalu sambil bergantian memegangi ubun-ubun kedua anak kecil itu.
Isteri Mat Coleng semakin tenggelam ke dalam tangisnya. Ia bersimpuh di
lantai tanah rumahnya. Di luar angin bertiup menciumi wajah Pak Frans.<br /> <br />
Besuk siangnya Pak Frans datang lagi ke kantor polisi. Ia masih ingin
melunasi hajatnya menengok Mat Coleng yang meringkuk di sel tahanan. Pak
Polisi geleng-geleng kepala melihat Pak Frans menyerahkan lima bungkus
rokok kretek kepada Mat Coleng.<br /> <br /> “ Terima kasih Pak Frans , saya sungguh-sungguh mohon maaf telah mencuri di rumah Pak Frans “, kata Mat Coleng sedih.<br /> <br />
“ Sudahlah jangan bicarakan itu lagi, yang penting ini harus menjadi
pelajaran berharga bagi kamu. Hadapi saja semuanya ini dengan penuh
tanggung jawab. Anak dan isterimu akan baik-baik saja, kamu gak usah
kuatir. Besok-besok kalau kamu sudah bebas temui aku “, kata Pak Frans. <br /> <br />
Pikiran Pak Frans melayang-layang ke masa lalu. Ia teringat almarhum
Pak Jumar ayah Mat Coleng yang telah menyelamatkan nyawanya dari
kecelakaan tunggal yang dialaminya waktu itu.<br /> <br /> Kabar mengenai Pak Frans yang ingin membebaskan Mat Coleng segera menyebar di lingkungannya. Isterinya ngomel-ngomel.<br /> <br />
“ Bapak ini gimana sih….? Maling kok dilindungi ! Keluarga maling
malah disantuni ! Maling ya maling pak ! Harus dihukum seberat-beratnya !
“. <br /> <br /> “ Sudahlah “, kata Pak Frans lembut. “ Soal Mat Coleng
sebagai maling, bapak jamin setelah ini dia pasti akan kapok dan sadar
sesadar-sadarnya untuk menjadi orang yang baik “.<br /> <br /> “ Itu kan urusannya dia. Mau jadi perampok apa mau jadi kiyai ya terserah dia to ! “.<br /> <br />
Pak Frans diam. Ia tak mau terperosok lebih dalam adu mulut dengan
isterinya. Yang penting aku jangan memicu kemarahannya lebih panas lagi,
pikir Pak Frans. Pak Frans sangat memahami isterinya. Jangankan
menyantuni keluarganya maling, menyumbang ke panti sosial saja ia harus
sembunyi-sembunyi. Aku kehilangan setengah juta juga tak akan jadi
miskin banget, nemu setengah juta juga tak akan jadi kaya raya banget.
Mau berbuat baik saja kok susah , batin Pak Frans. <br /> <br /> Malam
harinya serombongan warga sekitar menemui Pak Frans. Mereka protes keras
hampir saja demo. Terutama Pak Ketua RT 234 yang terus berpidato.
Untung Pak Frans bisa menempatkan diri dengan bijak.<br /> <br /> “ Maaf Pak
Frans “, kata Pak Ketua RT 234. “ Kami protes keras. Kami ini sudah
bersusah-payah menjaga keamanan dan ketenteraman di wilayah kita ini. E…
malah Pak Frans tidak menghargai jerih payah kami. Saya tahu, Pak Frans
orangnya baik. Tapi itu tidak mendidik pak ……….,“. <br /> <br /> Pak Frans
diam. Ia melihat dan menganalisa situasi agak sensitif. Ini sudah sumbu
pendek, pikirnya. Ia tahu semuanya sangat semangat. Semuanya ingin dan
akan ngomong menghujatnya. Pak Ketua RT saja masih koma belum titik,
pikir Pak Frans.<br /> <br /> “ Kami menghormati Pak Frans. Meski kami
tidak sepaham dengan Pak Frans. Silahkan kalau Pak Frans mau membebaskan
Coleng dari pidana pencurian ini. Wong itu ayam juga ayamnya Pak Frans
kok. Silahkan kalau Pak Frans mau nyantuni keluarganya Coleng. Itu bagus
dan baik. Itu urusannya Pak Frans. Tapi jangan halangi kami. Kami juga
punya hak untuk menuntutnya ke pengadilan. Perbuatan Coleng sangat tidak
menyenangkan bagi kami walaupun kejadiannya di rumah Pak Frans. Bisa
saja lain waktu Coleng nyuri di rumah kami-kami ini. Mula-mula ayam,
seterusnya bisa saja nyuri motor dan apa saja. Kesimpulannya Coleng
telah meresahkan kami semua. Kami tetap akan menuntutnya. Dia pantas
dihukum“.<br /> <br /> Pak Frans memahami apa kata Pak Ketua RT. Tapi kali
ini ia tidak ingin diam saja. Ia juga ingin bicara sebisa-bisanya. Biar
tidak semata-mata mati kutu di hadapan para pembantu rumah tangga
sekitarnya. Namun ia tidak tahu harus bicara mulai dari mana.
Keinginannya bicara semakin menusuk-nusuk dadanya. Ahirnya terbuka juga
mulut Pak Frans.<br /> <br /> “ Pak Ketua RT dan bapak-bapak semuanya yang
saya hormati. Saya terima kasih bapak-bapak telah datang ke sini. Dan
ini sudah saya perkirakan. Pasti bapak-bapak tidak akan suka dengan apa
yang telah saya lakukan dalam menyikapi Mat Coleng yang telah mencuri di
rumah saya. Nah sekarang bapak-bapak sudah di sini semuanya, saya tidak
perlu mendatangi bapak-bapak satu-persatu untuk menjelaskannya, terima
kasih. Saya akan menjelaskannya mengapa itu saya lakukan ….. “, kata Pak
Frans berhati-hati dan mengulur-ulur waktu agar emosi masing-masing
bisa agak reda. <br /> <br /> “ Saya juga hanya akan menirukan dan
ngikuti saja apa yang tadi telah dikatakan oleh Pak Ketua RT.
Bapak-bapak silahkan menuntut sesuai dengan keinginan bapak-bapak. Saya
sama sekali tidak akan menghalang-halangi upaya itu. Apa yang telah saya
lakukan semata-mata hanya karena dorongan kemanusiaan saja. Khusus
antara manusia Frans dengan manusia Coleng yang saya anggap bisa
mewakili seorang manusia lainnya yaitu almarhum bapaknya. Maaf lo
bapak-bapak….. saya tidak berarti mengatakan bapak-bapak tidak punya
perikemanusiaan. Saya pernah punya hutang nyawa kepada almarhum Pak
Jumar bapaknya Mat Coleng. Bapak-bapak masih ingat kan ketika itu saya
mengalami selip di bukit seribu. Sebagai manusia biasa saya hanya
sekedar mengikuti dorongan hati nurani saya saja. Saya sudah berusaha
mengikuti dorongan rasa kemanusiaan itu. Saya puas pak meskipun itu
nanti mungkin tidak berhasil. Bapak-bapak boleh tidak sependapat dengan
saya. Tapi bapak-bapak tidak boleh melarang saya untuk berpendapat.
Sekali lagi saya mohon maaf “, kata Pak Frans dengan raut wajah penuh
ikhlas dan pasrah.<br /> <br /> Semuanya nampak diam. Pak Ketua RT hanya
manggut-manggut. Di sampingnya Jaimo berbisik ke telinga Pak Ketua RT.
Pak Ketua RT menyikut lengan Jaimo. Sikutan Pak RT ini diartikan oleh
Jaimo kalau Pak Ketua RT setuju jika Jaimo ikut buka suara.<br /> <br /> “
Kalau begitu begini saja “, kata Jaimo tegas. “ Masalah keamanan di RT
234 tetap kita sikapi seperti apa adanya. Tapi khusus untuk keamanan
wilayah rumah Pak Frans biarlah itu menjadi tanggung jawab Pak Frans dan
Monyol saja. Kami khawatir ada lagi kejadian seperti ini. Namun
demikian, kewajiban Pak Frans sebagai warga yang baik, kalau-kalau RT
kita membutuhkan dana, Pak Frans ya tetap selaku donatur-tetap “.<br /> <br />
“ Sudah…. sudah…. selesai…. selesai…. cukup…. cukup….. bubar… bubar……
“, kata Pak Ketua RT dengan muka kecut. “ Kita sudah sama-sama
mendengar tadi penjelasan Pak Frans. Terima kasih Pak Frans. Kami bisa
memahami. Tapi kami juga tetap akan menuntut. Kami permisi dulu “, kata
Pak Ketua RT menyalami Pak Frans terus keluar diikuti rombongannya.<br /> <br />
Waktu terus berlalu. Ahirnya palu hakim memutuskan untuk mengirim Mat
Coleng ke penjara selama empat bulan potong tahanan. Ruang pengadilan
jadi gegap-gempita oleh sorak-sorai warga RT 234. <br /> <br /> Di penjara
Mat Coleng enjoy-enjoy saja. Hatinya selalu gembira. Sebab ia tak pernah
kehabisan rokok. Lebih penting dari itu, ia tidak perlu kuatir
keberadaan keluarganya di rumah. Dua anaknya dan satu isterinya dijamin
pasti tidak akan mati kelaparan. Banyak teman dan pengalaman baru ia
dapatkan di dalam penjara. Semua itu terekam dengan baik di otaknya.
Iapun sempat termenung.<br /> <br /> “ Ternyata aku lebih merdeka di
penjara ini dari pada di rumah. Di rumah setiap waktu aku selalu
diinjak-injak oleh keinginanku sendiri untuk membahagiakan anak-anakku
dan isteriku. Di sini aku juga bisa berguru memperdalam segala macam
ilmu. Ilmu apa saja bisa kupilih. Tinggal aku salah pilih apa benar
pilih. Pilihanku benar-benar hanya akan ditentukan oleh kemerdekaanku
memilih. Disini aku merdeka untuk mengajar dan menghajar diriku sendiri
“.<br /> <br /> Hingga pada suatu pagi yang cerah. Mat Coleng disalami oleh
para sipir dan narapidana lainnya. “ Selamat, mulai hari ini kamu sudah
merdeka “, kata sipir menepuk bahu Coleng. Seperti terpaksa ia harus
meninggalkan penjara. Ada perasaan sedih yang tak dimengertinya. Juga
beban rindu kepada anak dan isterinya di rumah. <br /> <br /> Mat Coleng
ingat semua pesan Pak Frans. Aku harus ke sana sekarang juga, katanya
kepada dirinya sendiri. Dua kakinya semakin mendekati tujuan. Ia dengar
suara kokok ayam-ketawa dan ayam-alas bersahut-sahutan begitu merdunya.
Diliriknya lampu teras tidak menyala. “ Pasti Pak Frans ada di dalam.
Mungkin Monyol juga ada “, pikirnya. <br /> <br /> Coleng langsung nyelonong
lewat pintu samping. Garasi belakang nampak kosong. Coleng simpulkan
pemilik rumah pasti lagi pergi. Tapi kenapa pintu dapur terbuka
separo. Ia yakin Monyol ada di dalam. Ini kesempatan emas untuk balas
dendam, pikir Coleng. Ia ingin Monyol segera keluar. <br /> <br /> “ Permisi “, kata mulut Coleng sambil mengepalkan tangan. <br /> <br />
Ia selangkah di depan pintu dapur. Mulutnya terkatup rapat. Tarikan
napasnya panjang-panjang. Tak ada jawaban. Diulanginya lagi kata
permisi, juga tak ada jawaban. Hanya suara kokok ayam-ketawa yang
menjawab.<br /> <br /> Coleng tak ingin kedatangannya ini tak berguna. Tanpa
sadar ia dekati ayam-ketawa dan ayam alas yang kurungannya
bersebelahan. Sangat lancar ia keluarkan sekaligus dua unggas itu.
Dengan tenangnya Coleng melangkah sambil menggendong dua hewan itu
keluar.<br /> <br /> Di jalan Coleng berpapasan dengan Jaimo. Coleng sudah
tekad bulat untuk nekad. Sekarang satu lawan satu. Kamu macem-macem kamu
mati aku masuk penjara lagi, gak papa, kata hati Coleng. Coleng melirik
sambil mengangkat dagunya. Ternyata Jaimo diam saja. Sebab di kepala
Jaimo tumbuh subur rasa kagumnya kepada Pak Frans, “ baik bener orang
itu, telah menepati janjinya “, kata ubun-ubun Jaimo. Coleng-pun
melenggang pulang dengan merdeka.*** ( Wsb 300113 )</span></span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span style="font-size: small;">P<span style="font-size: small;">osted By:Rasjid Daljatmo</span></span> </span></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0Kalisat 68193, Indonesia-8.118787 113.82097699999997-8.244543 113.65961549999997 -7.9930309999999993 113.98233849999997tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-48771627211348735222013-02-24T18:53:00.002-08:002013-02-24T19:23:48.287-08:00Tips agar Plot tidak datar <h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"> <br /><span class="text_exposed_show"> 1. Segera memunculkan permasalahan yang akan terus menjadi masalah utama yang akan difokuskan sampai akhir cerita.<br /> <br /> 2. Ciptakan karakter tokoh yang unik dan karakter tokoh yang berpotensi menghalangi tokoh utama untuk menyelesaikan masalahnya.<br /> <br /> 3. Hadirkan ketegangan yang kian menanjak dari bab pertama sampai klimaks<br /> <br /> 4. Ciptakan alur yang selalu mengundang tanya disetiap babnya agar pembaca tak mau meninggalkan bacaannya.<br /> <br /> Selamat mencoba!</span></span></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-40314970828296893882013-02-05T19:52:00.003-08:002013-02-24T19:24:06.696-08:00INDAH PADA WAKTUNYA…<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small; font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><a href="http://sphotos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/734769_395765610513576_2117150744_n.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="161" src="http://sphotos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/734769_395765610513576_2117150744_n.jpg" width="200" /></a>Siang
itu terik matahari bersinar dengan terangnya bahkan sampai menusuk
ubun-ubunku,,aku datang kekampus dengan tergopoh-gopoh,,batu kerikilpun
kulalui bahkan tak sadar aku menabraknya..tanahpun semakin masuk kedalam
karena pijakan kakiku yang tertancap dalam ketanah itu..langkah
kakikupun semakin ku percepat..aku melihat jam tangan yang melekat
disebelah tangan kiriku ,,,tinggal 5 menit lagi,, sebentar lagi aku
terlambat,berharap sampai kedalam kelas tak terlambat lagi dan tepat
waktu.batinku berbisik dengan yakin…<a name='more'></a><br /> Kampus hijau itu mulai terlihat
didepan mataku dengan gagahnya menjulang keatas...langkahkupun semakin
kupercepat,akhirnya sampai juga aku masuk kegerbang..kusapa satpam yang
duduk-duduk didepan gerbang itu dengan tersenyum walaupun aku tak sempat
lagi lisanku berkata-kata kepada satpam tua itu.hanya senyum yang
kupersembahkan kepadanya..langkah kaki mengiringiku masuk kedalam
kelas..kelas yang letaknya dilantai 2 di bagian pojok ujung…membutuhkan
perjalanan yang penuh perjuangan untuk tiba disana..mengorbankan kedua
kaki yang tangguh untuk menaiki anak-anak tangga itu…<br />
Alhamdulillah..lisanku berkata...amazing..tepat waktu.. sampai
tersenyum-senyum…akupun mendekati teman yang ada didekatku saat itu.<br /> sodara,,dosennya belum masuk ya?tanyaku..<br /> belum..katanya sih agak terlambat datangnya..mungkin jam-jam 3 masuknya..jawabnya seadanya..<br />
akupun menyimpan tas ranselku dikursi yang aku sudah kontrak
tempatnya.dikursi tepat paling depan…oh,,gitu ya..gumamku kepada temanku
itu..Ada waktu untuk menjual tiket kepada kelas lain..gumamku
lagi.seketika itu saya mengambil beberapa tiket yang ada dalam
tasku..tiket kegiatan yang diadakan lagi-lagi LDK…katanya temanku,,kau
ini teman ,tiket terus kau bisniskan,,berapa sih gajimu,,berapa sih
keuntunganmu dan bla..bala..bla…tanyanya..akupu<wbr></wbr><span class="word_break"></span>n
tak menjawabnya tapi hanya bisa membalasnya dengan tersenyum..bahkan
kata-kata itu dapat membangkitkanku untuk terus bergerak..biarlah Allah
yang membalasnya.karena tiket ini bukan hanyaa kertas yang bertuliskan
nama dan alamat kegiatan tapi didalamnya banyak mengandung kebaikan
untuk umat..batinku kembali berbisik..<br /> Akupun meninggalkan ruangan itu sambil berpesan kepada teman dikelasku..<br /> jangan lupa SMS ya,,kataku..<br /> Rupanya dia sudah mengerti apa yang aku maksudkan..<br /> okk..jawabnya sambil menaikkan jari jempolnya…<br />
akupun melangkahkan kaki kekelas sebelah.berharap hari ini tiketku
habis..sebelum kakiku menginjakkan kedalam kelas sebelah itu..tiba-tiba
seorang gadis yang berjilbab putih itu datang menghampiriku..<br /> heyyy,,,,heyyy,,,,,teriaknya…s<wbr></wbr><span class="word_break"></span>ayapun hanya menoleh kebelakang…<br /> tiketnya masih ada tidak?tanya nya langsung ceplas ceplos..<br /> oh,,iya ada..jawabku dengan nada tinggi bahkan dengan wajah berseri-seri..<br /> saya mau pesan ya,,!!,dan teman-temanku juga banyak yang pesan..balasnya..<br /> oh,iya,jawabku singkat..<br /> sini masuk kekelasku..ucapnya lagii.<br /> sayapun semakin percepat langkahku menuju kedalam kelasnya..<br />
Alhamdulillah tiketku habis,ludes,lenyap,,apalagi ya,,(lebbay..)
intinya tiket itu habisss terjual…(sama lagi ).seiring berjalannya waktu
aku pun menengok kelasku, kembali memastikan dosenku.. sudah ada
gak??ternyata teman-teman masih banyak yang ada diluar depan kelas,asyik
bercengkerama bersama teman-teman yang lain.entah apa yang mereka
bahas..ah,,,,tak perlu aku harus tahu,,yang penting tiketku habis
terjual..hahah…<br /> Akupun melanjutkan misi selanjutnya bertemu dengan
saudara-saudaraku yang ada diLDK,kelaskupun kelewati begitu saja..dari
kejauhan terlihat wajah-wajah mereka,,wajah-wajah yang tanpa lelah
menjual tiket demi kesuksesan acara kegiatan kami nanti…<br /> Assalamu’alaikum,,,,teriakku kepada mereka yang lagi berkumpul ditaman kecil itu..<br /> merekapun menoleh kearahku sambil tersenyumm..<br /> waalaikumsalam.jawabnya serentak…sayapun kembali tergopoh-gopoh mengarah kepada mereka..<br /> gimana tiketnya?tanya akhi ikhlas kepadaku sambil mengulurkan tangan kanannya bersalaman..<br />
alhamdulillah,tiketnya habis terjual akhi..jawabku dengan tersenyum
lega..oh,,Alhamdulillah kalau gitu,sini kita hitung tiket yang terjual
hari ini?ajaknya sambil mengumpulkan teman-teman tiket yang terjual….<br />
lama dan lama.. cerita kami berkelanjutan,tanpa mempedulikan
waktu,,saking asyiknya saya tak melihat lagi jam tanganku yang melekat
ditangan kananku..tiba-tiba seperti ada yang membisikkan suara
ditelingaku……Masuuuukkkkk…..ha<wbr></wbr><span class="word_break"></span>hhhhhh,,akupun cepat-cepat melihat HP yang ada didalam saku celanaku..belummmmm,,batinku…k<wbr></wbr><span class="word_break"></span>arena
tak ada pesan yang masuk kedalam inbox hpku..tapi sepertinya ruangan
dilantai itu terasa sepi,tak ada lagi teman yang ada didepan kelas
berkeliaran kesana-sini..sayapun cepat-cepat berpamitan kepada
segerombolan teman LDK itu..langkah kakikupun kembali kupercepat mungkin
kalau motor saya memasang gigi 4 dengan kilometer 160 keatas.. <br />
Tibalah saya kedepan kelas itu.saya terdiam sesaat melihat pintu kelas
itu tertutup rapat-rapat,dibenakku mungkin teman-teman sudah pada
pulang,lama menunggu dosen..tapi kata hatiku mengarahkan untuk membuka
pintu itu.Akupun memberanikan diri membuka pintu itu….saya terhenyak
melihat mahasiswa didepanku sudah duduk berjajar dengan rapi.pertanda
dosen sudah ada didalam ruangan itu..tak sadar saya masuk keruangan itu
tanpa menoleh sedikitpun kearah dosen yang lagi duduk dikursi
panas…sebelum (maaf) bokongku menduduki kursi yang saya siapkan
tadi.tiba-tiba ada suara mengarah kepadaku…<br /> kamu dari mana?tanyanya
dengan raut muka yang tegang..begitupun dengan diriku..dengan keringat
yang bercucuran diwajahku,keringat yang keluar karena tancapan
lariku…seketika itu saya bingung..harus aku jawab dengan apa?ini
kesalahanku karena lupa dengan waktu…Akupun memberanikan diri
menjawab..saya dari luar,mau minta izin kepada bapak mau sholat..jawabku
seadanya..itu baru adzann..tanyanya lagi..mungkin dibatin dosen itu
berkata secepat itu engkau sholat padahal waktu baru masukk,,alasssann
loe….ucapnya dalam hatii berbaik sangka…<br /> Keluar………..!!! ucapnya lagii.. pelan tapi pasti…sambil mengarahkan jari telunjuknya keluar diruangan..<br />
Tapi pakkk…..jawabku dengan terbata-bata sambil menggaruk-garuk
kepalaku.berharap dosennya kembali berkata “silahkan duduk dek
dikursinya” heheh <br /> Tapi apa yang terjadi diluar dugaan,diluar prasangka,diluar nalarrrr…(lebbbayyy)… <br /> Keluarrrrrrrrr……jawabnya kembali..<br />
Mendengar itu badanku terasa mau punah,dan tubuhku terasa kaku..hatiku
hancur..seperti lagunya temannya raffi ahmad,,emmmm ..Olga saputra
kayaknya “ Hancur hatiku…”” heheh<br /> Sebagai mahasiswa yang baik dan
patuh,akupun menuruti kata-kata dosen tadi..Baikkklah,,,batinku kembali
berbisik dengan mantapp..sambil mengarahkan badanku kearah pintu
keluar..diluar sayapun merenung dan merenung.. semenjak aku menempuh
dunia pendidikan tak pernah terjadi seperti ini,,dikeluarin secara
hormat apalagi dihadapn teman-teman... <br /> diluar kelas itu, akupun
kembali bertemu dengan seorang teman LDK datang menghampiri lagi,,,apa
yang terjadi dengan dirimu akhi??tanyanya…aku dikeluarinn dosenn…jawabku
datar..oh,,ayoo kemasjid yuk sholat dulu..ajaknya,..akupun menerima
ajakan itu..ditengah perjalan kemasjid akupun berani buka bicara kepada
temanku itu..saya dikeluarin dikelas,,saya malu sama dosen,malu sama
teman-teman..ucapku dengan raut muka yang sedih ( kasihan) <br /> temanku
itupun mulai angkat bicara,,,Akhi,hidup itu tak selalunya mulus,,seperti
aspal dijalanan, banyak lubang yang harus dilewati..begitupun dengan
bangku kuliah ini,,kadang santai,kadang tegang dengan tugas yang datang
silih berganti..begitupun dengan masalah yang terjadi pada antum(kamu)
hari ini..bahkan antum malu sama teman-teman..malu sama
makhluk..seharusnya kita harus malu sama Allah, ketika perintahNya kita
abaikan..Dia sudah memberikan banyak nikmat kepada kita.tetapi ketika
perintahNya malah sering kita belakangkan..misalnya sholat…suara adzan
berkumandang kita malah lebih asyik duduk-duduk santai menyimakk
matakuliah,daripada menyimak panggilan suara adzan dalam
kebaikan..melangkahkan kaki ketempat suara itu..berhenti sejenak..bahkan
kita lebih takut daripada ketakutan kita pada Allah..takut jangan
sampai diberi tanda A ( ALPA) diabsen..takut nanti gak punya
nilai..bahkan waktu sholat itu terlewatkan begitu saja..tak pernahkah
terbesit dihati kita,,kalau Allah nanti memberikan tanda N (Neraka) di
akhirat nanti) ???gimana??? kemudian melanjutkan perkataannya dengan
mengutip firman Allah “ boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat
baik bagimu,dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu.Allah yang paling mengetahui,sedangkan kamu tidak mengetahui
“,,,ucapnya dengan tangkas dan mantap…<br /> Akupun menyimak dengan tenang nasehat saudara saya itu..<br /> yuuukk,,langkahnya percepat lagi,,sebentar lagii dah mau iqomah akhi..ucapnya kembali…<br />
na’am akhi,syukron ya (terimah kasih)..ucapku kepadanya..dadaku yang
tadinya terhenyak sempit, sekarang rasanya terasa luaass,seluas bumi
dan langit..<br /> diapun hanya tersenyum kearahku…<br /> INDAH PADA WAKTUNYA……gumamku <br /> END<br /> ***********</span></span></span><span style="font-size: small; font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"> </span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small; font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Posted By: Ahmad Zulkarnaen </span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0Kendari, Indonesia-3.9674889 122.59469999999999-4.4743114 121.94925299999998 -3.4606664 123.240147tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-41053513048572224712013-01-25T23:11:00.004-08:002013-02-24T18:56:01.381-08:00KELAS ONLINE BIMBINGAN MENULIS NOVEL.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://sphotos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/252116_3658483479082_1141630974_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kelas online bimbingan menulis novel" border="0" height="122" src="http://sphotos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/252116_3658483479082_1141630974_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Kelas seru untuk belajar menulis novel bersama novelis.<br />
<a href="http://www.facebook.com/groups/kelasonlinebimbinganmenulisnovel/" target="_blank"><span style="font-family: inherit;">http://www.facebook.com/groups/kelasonlinebimbinganmenulisnovel/ </span></a><br />
<br />
<b>JADWAL KELAS ONLINE BIMB</b><span class="text_exposed_show"><b>INGAN MENULIS NOVEL</b><br /> <br /> SENIN : BEDAH NOVEL, JAM 20.00-22.00 WIB Bersama Umira Rahmata<br /> <br /> SELASA<br /> <br /> 1. ( Satu pertemuan dalam dua minggu) : Novelmu Novelku JAM 14.00-16.00 Bersama Anggrek Lestari Asy-Syifa<br /> <br /> 2. BENGKEL NOVEL, JAM 19.00-21.00 WIB. Bersama Miftahul Jannah dan Safitri Conanian Hirawling<br /> (Kirimkan satu bab novelmu untuk di bedah bersama di : bengkelnovel@yahoo.com )<br /> <br /> RABU : Kelas Cerita Bersama, JAM 19.00-21.00 WIB. Koor Reyhan M Abdurrohman.<br /> <br /> KAMIS: Proses Kreatif Penulisan Novel, Jam 14.00-16.00 WIB. Bersama Novelis Undangan. Koor Andalusiana Cordoba.</span><br />
<a name='more'></a><span class="text_exposed_show"><br /> <br /> JUM'AT :<br /> <br /> KELAS 'A Brief Biography'. JAM 14.00-16.00 WIB. Bersama Osya Oshin<br /> <br /> KELAS EyD, JAM 19.00-21.00 WIB. Bersama Amaya Kim.<br /> <br /> SABTU : Motivasi Menulis, JAM 19.00-21.00 WIB Bersama Kak Agus Setiawan<br /> <br /> MINGGU :<br /> <br /> KELAS "Menjadi Penulis Sehat" Pagi dan Siang, Bersama Kholid Rosyidi<br /> <br /> Kelas Minggu Sharing, JAM 20.00-22.00 WIB, Bersama Novelis Undangan. Koor, Def B Neehaya.<br /> <br /> KELAS PAGI ( Senin-Sabtu) : Morning Tea, bersama Ayif Ahsanudin Alif, Ain Saga dan Hikarima Nisa<br /> <br /> Penasehat :<br /> All Mentor<br /> <br /> Pengurus :<br /> Hengki Kumayandi<br /> <br /> Wali Kelas :<br /> Bunda Irawati Syahriah<br /> <br /> Ketua Kelas. :<br /> Kang Ayip Ahsanudin Alif<br /> <br /> Security Kelas Online :<br /> 1. Sastria Sastra Sriwijaya<br /> 2. Jons chie chuplas cheplos<br /> <br /> Team Absensi :<br /> 1. Umirah Ramata<br /> 2. Andalusiana Cordoba<br /> <br /> Pengelola Perpustakaan :<br /> 1. Ain Saga<br /> <br /> Admin<br /> 1. Kholid Rosyidi<br /> 2. Andalusiana Cordoba</span>kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0Jakarta, Indonesia-6.211544 106.84517200000005-6.716652 106.19972500000004 -5.706436 107.49061900000005tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-52600444769391270642013-01-25T23:02:00.001-08:002013-02-24T18:57:33.287-08:00Menulis Bersama Gratis<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 9.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: .45pt; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: -.05pt; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizTYh3dZFohUTNCEgPbXNG_YXBBVbotUPyctwUyYc0d1J-UXXRcGT7g8A-xHwzRFnEPExK6vLS2eVEVedZGAZS1cs9Pi-SYyNMwBuxFHoWJ-LZf-24bLrxKhS-G-x8918T_pln7bvNk1RO/s1600/pp.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="114" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizTYh3dZFohUTNCEgPbXNG_YXBBVbotUPyctwUyYc0d1J-UXXRcGT7g8A-xHwzRFnEPExK6vLS2eVEVedZGAZS1cs9Pi-SYyNMwBuxFHoWJ-LZf-24bLrxKhS-G-x8918T_pln7bvNk1RO/s320/pp.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: black;">Oleh:<span style="letter-spacing: -0.05pt;"> </span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">Kholid Rosyidi Muhammad Nur</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-size: 10pt;"> Berawal
dari keinginan untuk Menerbitkan sebuah buku ditengah padatnya pakerjaan,
terlintas pertanyaan “apakah mungkin?” pertanyaan tersebut selalu mendera saya
ketika keingginan berkreasi itu muncul, alhamdulilah saya berprinsip <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nothing is imposible and imposible is
nothing</i>, karena tidak ada yang tidak mungkin didunia ini dan hanya bermodal
semangat saya berinisiatif untuk membentuk suatu Grup Menulis bersama gratis
atau lebih dikenal dengan MESRA, pertanyaan selanjutnya “tidak mungkin saya
menjalankan grup sendiri tanpa adanya seorang teman atau sahabat yang membantu
saya?”. </span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-size: 10pt;"> Akhirnya
saya berkonsultasi dengan sahabat yang selalu memanggil saya sobat dan dia
selalu mengapresiasi karya-karya saya yang masih jauh dari sempurna, dia adalah
Hengki Kumayandi seorang Penulis puisi dan novel asal lahat Sumatra Selatan
yang sekarang menetap di Kuching Sarawak Malaysia, dia lah yang banyak
memberikan saran serta masukan pada saya untuk membentuk grup ini dan tak lupa
sahabat saya yang juga banyak membantu seorang ibu asal bandung yang sekarang
juga menjadi admin di MESRA tak lain adalah mbk Annisa Nur Arofah yang
senantiasa menyunting dokumen di Grup yang nantinya akan saya bukukan menjadi
E-Book yang sekarang anda baca tanpa mbk Annisa buku ini terasa sulit untuk
diselesaikan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-size: 10pt;"> Dan
akhirnya banyak sahabat-sahabat lain yang bergabung dan memberikan masukan,
saran dan karya untuk grup MESRA dan mulai dari </span><span style="font-size: 10pt;">Harukichi Narahashi (mbak suci), Mbak Onie Daulat (Sahabat dan Mentor
saya di PNBB), Rossy Blackmonster (Penulis Aktif Keluarga sahabat kata), Ambo
Dalle (Penulis Artikel dan Pemerhati Dunia Pendidikan), Desi Indriana
Puspitasari (mahasiswa setia saya..he), Dimas Riskiyanto (Penulis dan
Sejarawan), Arinda Shafa (Penulis cerpen), Muhammad hilmi Abdullah (Sahabat
Internet marketer dan blogger), Bayu Rhamadani W (Penulis cerpen), Pak Dhe
Irawan (Sahabat sekaligus mentor online saya), Pak Anwari Wmk (Penulis puisi
senior) dan seluruh sahabat MESRA yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
saya ucapkan banyak terima kasih dan salut bagi anda semua.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 12.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: .3pt; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: -.05pt; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="color: black; font-size: 10pt;">I<span style="letter-spacing: 0.05pt;">n</span>fo<span style="letter-spacing: 0.05pt;">rm</span>asi<span style="letter-spacing: -0.45pt;"> </span>Ko<span style="letter-spacing: 0.1pt;">m</span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">un</span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">i</span>tas</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: -.05pt; margin-top: 3.85pt; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-size: 10pt;">Fac<span style="letter-spacing: -0.05pt;">e</span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">b</span>ook<span style="letter-spacing: -0.35pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">G</span>r<span style="letter-spacing: 0.05pt;">oup</span>:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 116%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 49.95pt; margin-right: 66.8pt; margin-top: 1.95pt; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-size: 10pt; line-height: 116%;">Menulis
Bersama Gratis</span><span style="color: black; font-size: 10pt; line-height: 116%; text-decoration: none;"> <a href="http://www.facebook.com/groups/MenulisBersamaGratis.Mesra/?bookmark_t=group" target="_blank"><span style="letter-spacing: 0.05pt;">h</span>t<span style="letter-spacing: 0.05pt;">tp</span>:<span style="letter-spacing: -0.05pt;">/</span>/<span style="letter-spacing: -0.05pt;">w</span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">w</span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">w</span>.fa<span style="letter-spacing: 0.1pt;">c</span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">e</span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">b</span>ook<span style="letter-spacing: 0.05pt;">.</span>com<span style="letter-spacing: 0.1pt;">/</span>g<span style="letter-spacing: 0.1pt;">r</span>o<span style="letter-spacing: 0.05pt;">up</span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">s</span>/<span style="letter-spacing: 0.05pt;">menulis bersamagratis</span>/</a></span><a href="mailto:proyeknulisbukubareng@groups.facebook.com"><span style="color: black; font-size: 10pt; line-height: 116%; text-decoration: none;"> <span style="letter-spacing: 0.05pt;">menulisbersamagratis</span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">@</span>gr<span style="letter-spacing: 0.15pt;">o</span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">up</span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">s</span>.fac<span style="letter-spacing: -0.05pt;">e</span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">b</span>ook<span style="letter-spacing: 0.05pt;">.</span>c<span style="letter-spacing: 0.15pt;">o</span>m</span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: .2pt; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-rule: exactly; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<a href="http://kholidrosyidi.blogspot.com/">Kholidrosyidi.blogspot.com</a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: .5in;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #0070c0; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 26pt; line-height: 115%;">K</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: yellow; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 26pt; line-height: 115%;">H</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 26pt; line-height: 115%;">D</span></b><span style="font-family: "Comic Sans MS"; font-size: 26pt; line-height: 115%;"> </span><span style="color: #a6a6a6; font-family: "Comic Sans MS"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Production©2012</span></div>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-5089978866069822092013-01-25T22:55:00.001-08:002013-02-24T19:27:23.972-08:00Profil Penulis Pramoedya Ananta Toer<b>Pramoedya Ananta Toer [1925-2006]</b><br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS-SquF4YUQpY79BsQHCY52f8l6Z5i1_T4sAm845suy2PNG1Tdr_Q" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pramoedya ananta toer" border="0" height="200" src="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS-SquF4YUQpY79BsQHCY52f8l6Z5i1_T4sAm845suy2PNG1Tdr_Q" width="144" /></a><b><b></b></b>Pengarang prosa Indonesia paling terkemuka, kandidat
pemenang Hadiah Nobel Sastra. Ia dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6
Februari 1925, sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah
seorang guru, sedangkan ibunya berdagang nasi. Nama asli Pramoedya
adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi
cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul <i>Cerita Dari Blora</i>.
Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu
aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan
menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya. Pramoedya menempuh
pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja
sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama
pendudukan Jepang di Indonesia. Ia kemudian berproses dan meraih sukses
di Jakarta. Sebelum saat wafatnya, ia menetap di Bojong, Bogor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b></b></div>
<a name='more'></a><b>
</b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ia menulis novel, cerpen, esai, biografi, serta menerjemahkan
sejumlah karya sastra dunia ke bahasa Indonesia. Pramoedya merupakan
sastrawan Indonesia paling dikenal di dunia internasional dan dianggap
salah seorang penulis poskolonial yang patut diperhitungkan, terutama
melalui tetralogi novel <i>Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, </i>dan <i>Rumah Kaca </i>(1980-1987)
yang mula-mula ditulisnya dalam pembuangan di Pulau Buru pada masa
kekuasaan rezim kuasi-militer Soeharto. Tetralogi itu menceritakan
proses kebangkitan nasionalisme Indonesia yang dijalin dengan sebuah
kisah cinta antar-ras yang berakhir tak bahagia dengan mengambil model
seorang tokoh pergerakan yang dilupakan dalam sejarah, Tirto Adhi Suryo.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bersama sejumlah intelektual kiri lainnya, Pramoedya diasingkan ke
Pulau Buru dan dipenjarakan selama 14 tahun (1965-1979) tanpa proses
pengadilan menyusul apa yang disebut-sebut sebagai pemberontakan Partai
Komunis Indonesia yang gagal pada akhir 1965. Militer juga menyita
rumahnya serta membakar koleksi buku daan delapan manuskripnya yang
belum diterbitkan. Sejumlah cendekiawan Barat menulis bahwa
pemberontakan itu sebetulnya merupakan persaingan antar fraksi di tubuh
militer. Ratusan ribu (bahkan ada yang menyebut angka jutaan) simpatisan
komunis dan orang-orang tak bersalah di berbagai daerah di Indonesia
mengalami penyiksaan, pembunuhan, dan pemenjaraan setelah peristiwa itu.
Bahkan hingga kini mereka masih kehilangan hak-hak sipilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karya-karya Pramoedya yang seluruhnya berjumlah sekitar 60-an buku
telah diterjemahkan ke dalam sekitar 40 bahasa di seluruh dunia,
termasuk bahasa Yunani, Rusia, Swedia, Spanyol, Vietnam, dan Ceko,
tetapi ironisnya banyak di antaranya justru dilarang beredar di negeri
sendiri. Pengalaman buruknya selama menjadi tahanan politik dituangkan
dalam dua jilid autobiografi, <i>Nyanyi Sunyi Seorang Bisu </i>(1995 –diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai <i>Mute’s Soliloquy, </i>1999).
Penghargaan internasional yang pernah diterimanya antara lain Hadiah
Wertheim dari Belanda, Hadiah Magsaysay (Filipina, 1995), Hadiah Fukuoka
(Jepang, 2000), Le Chevalier de l’Odre des Arts et des Letters
(Prancis, 2000), dan penghargaan kebebasan berekspresi Uni Penulis
Norwegia (2004). Ia juga banyak menerjemahkan karya sastra dunia, antara
lain <i>Tikus dan Manusia </i>(Novel John Steinback, 1950, diterbitkan ulang 2003), <i>Kembali pada Cinta Kasihmu </i>(novel Leo Tolstoy, 1950, diterbitkan kembali 2003), <i>Perjalanan Ziarah yang Aneh </i>(novel Leo Tolstoy, 1954), <i>Kisah Seorang Prajurit Sovyet </i>(novel Mikhail Sholokov, 1954), <i>Ibunda </i>(novel Maxim Gorky, 1956, diterbitkan kembali 2000), <i>Asmara dari Rusia </i>(novel Alexander Kuprin, 1959), dan <i>Manusia Sejati </i>(novel
Boris Polewoi, 1959). Pramoedya wafat di Jakarta dalam usia 81 tahun
pada 2006 dengan meninggalkan sebuah karya yang tak selesai, <i>Ensiklopedi Kawanan Indonesia</i>. Menanggapi wafatnya Pramoedya, novelis terkemuka Inggris asal Pakistan yang juga editor jurnal <i>New Left Review, </i>Tariq Ali, menulis dalam <i>Counter Punch, </i>2
Mei 2006, “Kematian Pramoedya Ananta Toer di Jakarta, 30 April 2006,
adalah kehilangan besar bagi kesusastraan dunia. Dialah intelektual
Indonesia terkemuka, sekaligus penulis fiksi yang jenius. . .”</div>
Di antara beberapa penghargaan yang pernah diraih Pram adalah:<br />
<ul>
<li><b>Freedom to Write Award</b> dari PEN American Center, AS, 1988</li>
<li>Penghargaan dari <b>The Fund for Free Expression</b>, New York, AS, 1989</li>
<li><b>Wertheim Award</b>, "<i>for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people</i>", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995</li>
<li><b>Ramon Magsaysay Award</b>, "<i>for Journalism,
Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating
with briliant stories the historical awakening, and modern
experience of Indonesian people</i>", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995</li>
<li><b>UNESCO Madanjeet Singh Prize</b>, "<i>in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence</i>" dari UNESCO, Perancis, 1996</li>
<li><b>Doctor of Humane Letters</b>, "<i>in recognition
of his remarkable imagination and distinguished literary
contributions, his example to all who oppose tyranny, and his
highly principled struggle for intellectual freedom</i>" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999</li>
<li><b>Chancellor's distinguished Honor Award</b>, "<i>for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding</i>", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999</li>
<li><b>Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters</b>, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999</li>
<li><b>New York Foundation for the Arts Award</b>, New York, AS, 2000</li>
<li><b>Fukuoka Cultural Grand Prize</b> (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000</li>
<li><b>The Norwegian Authors Union</b>, 2004</li>
<li><b>Centenario Pablo Neruda</b>, Chili, 2004</li>
</ul>
<ul>
<li>Anggota <b>Nederland Center</b>, ketika masih di Pulau Buru, 1978</li>
<li>Anggota kehormatan seumur hidup dari <b>International PEN Australia Center</b>, 1982</li>
<li>Anggota kehormatan <b>PEN Center</b>, Swedia, 1982</li>
<li>Anggota kehormatan <b>PEN American Center</b>, AS, 1987</li>
<li><b>Deutschsweizeriches PEN member</b>, Zentrum, Swiss, 1988</li>
<li><b>International PEN English Center Award</b>, Inggris, 1992</li>
<li><b>International PEN Award Association of Writers Zentrum Deutschland</b>, Jerman, 1999</li>
</ul>
Di antara karya-karyanya adalah:<br />
<ul>
<li><i>Sepoeloeh Kepala Nica</i> (1946), hilang di tangan penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta, 1947</li>
<li><i>Kranji–Bekasi Jatuh</i> (1947), fragmen dari <i>Di Tepi Kali Bekasi</i></li>
<li><i>Perburuan</i> (1950), pemenang sayembara Balai Pustaka, Jakarta, 1949 (dicekal oleh pemerintah karena muatan komunisme)</li>
<li><i>Keluarga Gerilya</i> (1950)</li>
<li><i>Subuh</i> (1951), kumpulan 3 cerpen</li>
<li><i>Percikan Revolusi</i> (1951), kumpulan cerpen</li>
<li><i>Mereka yang Dilumpuhkan</i> (I & II) (1951)</li>
<li><i>Bukan Pasarmalam</i> (1951)</li>
<li><i>Di Tepi Kali Bekasi</i> (1951), dari sisa naskah yang dirampas Marinir Belanda pada 22 Juli 1947</li>
<li><i>Dia yang Menyerah</i> (1951), kemudian dicetak ulang dalam kumpulan cerpen</li>
<li><i>Cerita dari Blora</i> (1952), pemenang karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953</li>
<li><i>Gulat di Jakarta</i> (1953)</li>
<li><i>Midah Si Manis Bergigi Emas</i> (1954)</li>
<li><i>Korupsi</i> (1954)</li>
<li><i>Mari Mengarang</i> (1954), tak jelas nasibnya di tangan penerbit</li>
<li><i>Cerita Dari Jakarta</i> (1957)</li>
<li><i>Cerita Calon Arang</i> (1957)</li>
<li><i>Sekali Peristiwa di Banten Selatan</i> (1958)</li>
<li><i>Panggil Aku Kartini Saja</i> (I & II, 1963; bagian III dan IV dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965</li>
<li><i>Kumpulan Karya Kartini</i>, yang pernah diumumkan di berbagai media; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965</li>
<li><i>Wanita Sebelum Kartini</i>; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965</li>
<li><i>Gadis Pantai</i> (1962-65) dalam bentuk cerita bersambung,
bagian pertama triologi tentang keluarga Pramoedya; terbit sebagai
buku, 1987; dilarang Jaksa Agung; jilid kedua dan ketiga dibakar
Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965</li>
<li><i>Sejarah Bahasa Indonesia. Satu Percobaan</i> (1964); dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965</li>
<li><i>Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia</i> (1963)</li>
<li><i>Lentera</i> (1965), tak jelas nasibnya di tangan penerbit</li>
<li><i>Bumi Manusia</i> (1980); dilarang Jaksa Agung, 1981</li>
<li><i>Anak Semua Bangsa</i> (1981); dilarang Jaksa Agung, 1981</li>
<li><i>Sikap dan Peran Intelektual di Dunia Ketiga</i> (1981)</li>
<li><i>Tempo Doeloe</i> (1982), antologi sastra pra-Indonesia</li>
<li><i>Jejak Langkah</i> (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985</li>
<li><i>Sang Pemula</i> (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985</li>
<li><i>Hikayat Siti Mariah</i>, (ed.) Hadji Moekti, (1987); dilarang Jaksa Agung, 1987</li>
<li><i>Rumah Kaca</i> (1988); dilarang Jaksa Agung, 1988</li>
<li><i>Memoar Oei Tjoe Tat</i>, (ed.) Oei Tjoe Tat, (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995</li>
<li><i>Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I</i> (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995</li>
<li><i>Arus Balik</i> (1995)</li>
<li><i>Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II</i> (1997)</li>
<li><i>Arok Dedes</i> (1999)</li>
<li><i>Mangir</i> (2000)</li>
<li><i>Larasati</i> (2000)</li>
<li><i>Jalan Raya Pos, Jalan Daendels</i> (2005)</li>
</ul>
<b>Bebarapa penulis lain pun banyak mengangkat profil dan
pemikiran-pemikirannya, serta mengabadikannya dalam sebuah buku, di
antaranya:</b><br />
<ul>
<li><i>Pramoedya Ananta Toer dan Karja Seninja</i>, oleh Bahrum Rangkuti (Penerbit Gunung Agung)</li>
<li><i>Citra Manusia Indonesia dalam Karya Pramoedya Ananta Toer</i>, oleh A. Teeuw (Pustaka Jaya)</li>
<li><i>Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis</i>, oleh Eka Kurniawan (Gramedia Pustaka Utama)</li>
<li><i>Membaca Katrologi Bumi Manusia <b>Pramoedya Ananta Toer</b></i>, oleh Apsanti Djokosujatno (Tera Indonesia)</li>
<li><i>Pramoedya Ananta Toer dan Manifestasi Karya Sastra</i>, Daniel Mahendra, dkk (Penerbit Malka)</li>
</ul>
<b>[Sumber: Ensiklopedia Sastra Dunia]</b><b> </b>kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com1Jakarta, Indonesia-6.211544 106.84517200000005-6.716652 106.19972500000004 -5.706436 107.49061900000005tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-51856933392494109222013-01-25T22:45:00.002-08:002013-02-24T19:02:31.177-08:00Tips Menulis dari John Coyne<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<a href="http://d.gr-assets.com/authors/1285884266p5/193729.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tips Menulis dari John Coyne" border="0" height="200" src="http://d.gr-assets.com/authors/1285884266p5/193729.jpg" width="131" /></a><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Oleh: John Coyne </span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Berapa
kali setelah selesai membaca sebuah novel Anda berkata, “Saya bisa
menulis buku seperti ini.” Tahukah Anda bahwa Anda benar. Kita semua,
saya yakin, memiliki sedikitnya satu novel di dalam pikiran atau hati
kita. Penulis novel Toni Morrison mengatakannya seperti ini: “Jika ada
satu buku yang benar-benar ingin Anda baca dan belum pernah ada yang
menulis sebelumnya, maka Anda harus menulisnya.” <br /> <br /> Menulis buku bukan hal yang mudah. Namun, setiap hari selalu ada buku yang diterbitkan. <br /> <br />
Pada tahun 1996, menurut Books in Print, ada 1,3 juta judul buku
diterbitkan. Jumlah buku yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun
1996 saja berjumlah 140.000. Jadi, mengapa Anda tidak mulai
melakukannya? <br /> <a name='more'></a><br /> Apa yang Diperlukan <br /> Saya yakin jika Anda
bisa menulis sebuah kalimat yang sederhana (terlebih, inilah yang
ditulis oleh Ernest Hemingway), mengamati dunia di sekitar Anda, dan
ingin menulis novel yang bisa dijual—sungguh-sungguh menginginkannya,
bukan hanya sekedar menginginkan saja—maka Anda pasti bisa melakukannya.
Saya tidak percaya orang bisa menjadi penulis dengan mengikuti
workshop, membaca buku, atau bahkan membaca artikel ini. Tulisan muncul
dari sesuatu yang ada dalam diri seorang penulis. Bagaimanapun, artikel
ini akan menghemat waktu Anda, menunjukkan jalan yang tepat kepada Anda,
dan membantu Anda menulis novel dalam waktu 100 hari atau kurang. <br /> <br /> Apakah Mungkin? <br /> Hal ini telah terbukti. Saya telah melakukannnya beberapa kali. <br /> <br />
Saya tahu bagaimana rasanya meluangkan waktu satu atau jam sehari (atau
semalam) untuk menulis. Sungguh tidak mudah untuk menulis novel,
apalagi jika Anda memiliki pekerjaan tetap, keluarga, dan
tanggung-jawab, namun hal itu bisa dilakukan. Kebanyakan penulis
faktanya harus menjalani dua kehidupan saat mereka menulis novelnya.
Namun, begitu Anda berhasil menjual buku pertama Anda, maka Anda
memiliki kemampuan untuk meninggalkan pekerjaan harian Anda dan
mengabdikan sisa hidup Anda untuk menulis secara total. <br /> <br /> Para penulis besar telah melakukannya <br />
Tentu saja Anda mempunyai pekerjaan. Tentu saja Anda memiliki keluarga.
Namun kedua hal itu tidak menghalangi para penulis besar di masa lalu.
Penyair Wallace Stevens bekerja sebagai wakil direktur sebuah perusahaan
asuransi dan seorang pakar di bidang pasar obligasi. T.S. Elliot muda
awalnya adalah seorang bankir. William Carlos Williams merupakan seorang
dokter anak. Robert Frost adalah seorang pemilik peternakan ayam. Hart
Crane bekerja membungkus permen di gudang ayahnya, dan kemudian bekerja
menulis teks iklan. Stephen Crane bekerja sebagai koresponden perang.
Marianne Moore bekerja di Perpustakaan Umum New York. James Dickey
bekerja di sebuah biro iklan. Archibald MacLeish adalah Direktur Kantor
Fakta dan Angka selama Perang Dunia II <br /> <br /> Mulailah dengan perasaan murni <br />
Apa yang membuat seseorang menjadi penulis? Mungkin hal itu didorong
oleh sebuah peristiwa—peristiwa yang terjadi di tahap awal kehidupan dan
membentuk ketertarikan dan kesadaran-diri sang penulis. <br /> <br /> Ambil
contoh kasus Jose Saramago, penulis berbahasa Portugis pertama yang
menerima Hadiah Nobel Sastra. Putera seorang petani dan seorang ibu yang
buta huruf ini dibesarkan di sebuah rumah yang tidak memiliki buku, dan
dibutuhkan waktu hampir 40 tahun baginya untuk beralih dari buruh
pabrik logam ke pegawai pemerintahan ke editor penerbitan hingga ke
editor surat kabar. Usianya telah menginjak 60 tahun saat ia mulai
menerima pengakuan di dalam dan luar negeri dengan dua karyanya,
Baltasar dan Blimunda. <br /> <br /> Saat masih kanak-kanak, ia menghabiskan
liburan di rumah kakeknya di desa yang bernama Azinhaga. Saat kakeknya
menderita stroke dan dibawa ke Lisbon untuk dirawat, Saramago masih bisa
mengingat peristiwa yang terjadi kala itu, “Ia pergi ke halaman
rumahnya, di mana tumbuh segelintir pohon, pohon fig, pohon zaitun. Lalu
ia mendatangi mereka satu persatu, memeluk pohon tersebut dan menangis,
mengucapkan selamat tinggal kepada mereka karena ia tahu tidak akan
pernah kembali. Jika Anda menyaksikan hal itu, hidup dengan hal itu, dan
hal itu ternyata tidak meninggalkan kesan apa-apa dalam hidup Anda
selanjutnya,” ucap Saramago, “maka Anda tidak mempunyai rasa.” <br /> <br /> Mulailah dengan perasaan murni. Ubahlah hal itu menjadi prosa. <br /> <br /> Mari kita mulai <br />
Sinclair Lewis diundang untuk berbicara di hadapan sejumlah mahasiswa
tentang seni menulis. Ia berdiri di muka kelas dan bertanya, “Berapa
banyak dari Anda yang sungguh-sungguh serius ingin menjadi penulis?”
Sejumlah orang mengangkat tangan. Lewis kemudian bertanya, “Jadi,
mengapa Anda semua tidak pulang ke rumah dan menulis?” Setelah
mengucapkan hal itu ia pun pergi keluar dari ruangan. <br /> <br /> Jadi kini saatnya bagi Anda untuk menulis. <br /> <br /> Diterjemahkan dari artikel "How to Write a Novel in 100 Days or Less"</span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<a href="http://sphotos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/189308_1860656963869_259240_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://sphotos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/189308_1860656963869_259240_n.jpg" width="200" /></a><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Posted By:Hengki Kumayandi </span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"> </span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0Jakarta, Indonesia-6.211544 106.84517200000005-6.716652 106.19972500000004 -5.706436 107.49061900000005tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-73523659396741020532013-01-25T02:53:00.000-08:002013-02-24T19:07:01.955-08:00RW <h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<a href="http://sphotos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/316888_2372846097162_689081872_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://sphotos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/316888_2372846097162_689081872_n.jpg" width="154" /></a><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Di
kampung nama bekennya Pak RW. Singkatan dari Raharjo Wibowo. Kebetulan
Pak RW ini juga Ketua RW 100. Asal-muasalnya ia terpilih menjadi Ketua
RW hanya gara-gara namanya, yang kalau disingkat sudah berinisial RW.
Sehingga warga tak mau repot-repot menentukan siapa yang akan dipilih
menjadi Ketua RW. Sebab memang bukan perkara yang gampang mencari figur
Ketua RW. Bukan karena persaratannya yang susah. Tapi memang karena
penggemarnya yang gak ada. Semua itu terjadi diawali keisengan dan
kejailan yang provokatif oleh segelintir anak-anak muda. Jadilah Pak RW
menjadi Ketua RW 100. Sebenarnya enggan juga ia menjadi Ketua RW. Tapi
ia tak kuasa menolak tekanan halus dari warga. Itu terjadi 8 tahun yang
lalu.<br /> <br /> Sore ini Pak Ketua RW merasa puas dan bangga. Pasalnya
di luar dugaannya , antusiasme warga memperingati HUT Proklamasi tahun
ini terbilang sukses. Kampung jadi meriah. Merah putih berkibar di
seantero RW 100. Walau dengan dana yang terbatas, semangatnya sungguh
luar biasa. Dari lomba untuk anak-anak sampai untuk kakek-kakek
semuanya dipandegani oleh anak-anak muda. Orang-orang tua duduk manis
saja. Tinggal menikmati hasil kerja keras anak-anak muda. Dari lomba
yang bersifat umum hingga yang bernuansa agamis, semuanya berjalan
lancar. Dari pagi – siang – sore bahkan hingga malam. Selama hampir
seminggu ini wilayah RW 100 tak pernah sepi. Ini menjadi kenikmatan
tersendiri bagi semua warganya. Terutama bagi anak-anak muda. </span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><a name='more'></a><br /> <br />
Pak Ketua RW banyak menaruh harapan kepada potensi anak-anak muda itu.
Mereka para muda sebagai tunas bangsa telah menghargai jasa pahlawannya.
Jiwa nasionalismenya nampak terlihat di moment peringatan HUT RI tahun
ini. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, melempem. Pak Ketua RW yakin ;
diantara mereka kelak akan ada yang menjadi sosok pemimpin besar.
Tidak mustahil , nantinya akan ada yang menjadi kepala desa, apa
camat, apa gubernur , apa bupati, apa walikota, apa ketua partai
politik, anggota DPR, atau bahkan mungkin menjadi presiden. Tapi
setidak-tidaknya , suatu saat nanti , diantara mereka pasti ada yang
akan menjadi Ketua RT dan Ketua RW, pikir Pak Ketua RW.<br /> <br /> Namun
sayang disayang. Tak berselang lama usai kemeriahan HUT RI, kebanggaan
Pak Ketua RW terhadap anak-anak muda jadi ternoda. Ibarat panas setahun
diporak-porandakan oleh hujan setengah hari. Pak RW selaku Ketua RW
merasa malu yang tak terbayangkan. Malu kepada dirinya sendiri. Malu
kepada masyarakat warganya sendiri. Gara-gara di telinganya hinggap
informasi adanya 2 orang anak gadis warganya yang hamil serempak
sebelum nikah. Ironisnya , keduanya tergolong pemudi yang kalem dan
lemah gemulai. Mereka di kampung tidak pernah ada masalah. Sedangkan
anak-anak gadis yang sepertinya bringasan dan tidak punya unggah-ungguh
malah tidak hamil. <br /> <br /> Tidak hanya masalah hamil diluar nikah
saja yang merobek-robek kebanggaan Pak Ketua RW. Satu per-satu warganya
melapor adanya kejadian kemalingan. Yang ayam, yang bebek, yang angsa,
yang makanan di warung, bahkan sampai sandal jepit di teraspun banyak
yang dimalingi. Hati Pak Ketua RW miris serasa diiris-iris. Dia semakin
prihatin. Setiap pagi gampang ditemukan botol minuman keras berserakan
di sembarang tempat di wilayah kekuasaannya. Malah katanya, pernah ada
yang menemukan kondom bekas bercampur dengan kupon togel. Lengkaplah
sudah kebobbrokan ini, batin Pak Ketua RW prihatin.<br /> <br /> Kampung
kita kondisinya sudah rusak berat bu, kata Pak Ketua RW kepada
isterinya. Bu RW cuma senyam-senyum mendengarnya. Karena
kemaren-kemaren masalah itu sudah didengarnya di forum ngrumpi ibu-ibu.
Bapak ketinggalan jaman, batin bu RW. Pak Ketua RW terus saja nrocos
berkobar-kobar.<br /> <br /> “ Ini tidak bisa ditolerir bu. Apalagi
dibiarkan berlarut-larut. Harus ditemukan akar permasalahannya. Apakah
etika dan norma sosial di sini sudah sekarat ya ? Mungkin orang tua yang
salah. Mungkin anak muda yang kebangeten. Mungkin orang tua sudah tak
punya wibawa. Mungkin para ketua RT juga sudah salah. Kurang pengawasan
terhadap lingkungannya. Atau bisa jadi… , mungkin aku sendiri sudah
dianggap lenyap tidak ada “. Pak Ketua RW limbung. Isterinya kembali
senyum-senyum. <br /> <br /> Pak Ketua RW mencoba merekonstruksi kembali
ingatannya ke masa lalu. Sebelum menjadi Ketua RW seperti apa.
Seingatnya , kejadian hamil di luar nikah di wilayah RW 100 sepanjang
jaman belum pernah terjadi. Sekarang kejadian itu meledak bak bom waktu.
Sedihnya justru terjadi di masa kepemimpinannya. Inilah yang bikin Pak
RW selaku pribadi maupun sebagai Ketua RW jadi tersiksa batin.<br /> <br /> Malam harinya Pak Ketua RW tak bisa tidur. Wajahnya buram dan murung meratapi nasib aib yang menimpa wilayahnya. <br />
“ Ini jelas mencoreng mukaku sendiri “ , pikir Pak Ketua RW penuh
tanggung jawab. “ Mengapa dan bagaimana sebenarnya semua itu bisa
terjadi ? Yaaa… biarlah, yang sudah biarlah sudah. Cukup. Cukup menjadi
sejarah yang payah. Titik. Yang penting bagaimana ke depan
mengantisipasinya. Sejarah brengsek jangan lagi terulang. Sebodoh-bodoh
keledai tak kan terantuk pada batu yang sama “. <br /> Pak Ketua RW
mencoba mencari jalan keluarnya. Ia berusaha membuat solusinya. Hingga
jam tiga pagi konsep-konsep itu baru sempat disimpannya di otaknya. Pak
Ketua RW tersenyum lega. Setelah itu kedua matanya baru bisa dipejamkan.
<br /> <br /> Esok harinya Pak Ketua RW bangun kesiangan. Bangun tidur ia
langsung nongkrong di meja kerjanya. Ia minta segelas kopi. Bolpoin di
tangan kanannya menari-nari di atas kertas HVS, sementara dahinya
berkerut.<br /> <br /> “ Sudah jam delapan lho pak “, kata bu RW yang sejak tadi mengamati suaminya.<br /> “ Hari ini bapak prei dulu bu, barusan aku sudah sms pamit ke Pak Bejo “.<br /> “ Memangnya bapak mau ada acara apa pak ? “.<br /> “ Ini darurat bu, mumpung masih anget nyantol di otak “.<br /> “ Memang apanya yang nyantol ? Kok gawat ! “.<br /> “ Ini lho, bahan rapat medadak untuk nanti malem “. <br /> “ Rapat apa si pak ? Dimana ? “.<br />
“ Rapat musyawarah terbatas. Membahas Rancangan Peraturan Tata Tertib
Dan Ancaman Pelanggaran Terhadap Tata Tertib RW 100 “, kata Pak Ketua RW
puas.<br /> “ O…., rapatnya dimana ? “.<br /> “ Ya di sini , minimal 7 orang maksimal 10 orang“. <br />
“ Walah pak.., hobbinya kok ropat-rapat terus. Agustusan tempo hari
saja sebagian uang belanja sudah nyangkut ke sana pak. Ini tanggal tua
pak. Mbok di tempat lain. Memangnya digaji berapa sih jadi Ketua RW ?!
Kok ya gak kapok-kapok jadi Ketua RW ?! Salah sedikit jadi besar –
kalau benar besar dianggap wajar. Kan masih banyak orang lain yang bisa
jadi Ketua RW ! “ , kata bu RW sambil berlalu menyeret sapu ijuk ke
dapur.<br /> <br /> Pak Ketua RW pura-pura tak mendengarnya. Ia kembali
konsentrasi ke meja kerjanya. Hingga jam sebelas lebih konsep itu baru
kelar. Ia tinggal menunggu Sapto anaknya pulang dari sekolah SMK
Informatika. Perlunya untuk diperintahnya ngetik di computer dan
memperbanyaknya. Tak lupa Pak Ketua RW sms kepada para ketua RT dan
ketua pemuda setempat sebagai undangan rapat nanti malam .<br /> <br /> Jam setengah Sembilan rapat baru bisa dimulai. Pak Ketua RW menarik napas panjang, lalu katanya ;<br /> <br />
“ Bismillahirrahmannirrahim. Assalamualaikum warahmatulla hi
wabarokatuh. Bapak-bapak yang saya hormati. Semoga Allah Swt Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa meridhoi serta memberkahi hidup dan kehidupan kita
bersama. Amin ya robbal alamin. Alhamdulillah dan terima kasih
bapak-bapak telah meluangkan waktu dan bisa hadir semuanya. Saya ucapkan
selamat datang dan mohon maaf undangannya mendadak lewat sms. Adapun
agenda kita malam ini adalah membahas situasi dan perkembangan kondisi
terkini yang ada di wilayah kita. Untuk menyikapinya saya berinisiatif
menawarkan konsep tertulis kepada bapak-bapak sebagaimana telah
bapak-bapak terima. Mohon maaf bapak-bapak sekalian. Saya tidak berniat
mau gagah-gagahan. Ini semua atas nama tanggungjawab saya. Konsep saya
ini saya susun semampu saya. Tentu saja masih ada banyak hal yang perlu
disesuaikan dengan sikon dan selera disini. <br /> Saya berharap
musyawarah kita malam ini senantiasa mendapatkan bimbingan Tuhan Yang
Maha Esa. Dan bisa menghasilkan keputusan hasil musyawarah yang terbaik
untuk kampung kita tercinta ini. Untuk itu marilah musyawarah ini kita
awali - kita buka bersama-sama dengan membaca basmallah . Bismillah
hirrahmannirrahim. Selanjutnya secara berurutan nanti dari pak Ketua RT 1
sampai 5 dan yang terahir nanti ketua pemuda saya mohon dengan hormat
agar memberikan tanggapan dan masukannya. Bebas saja, ini demokrasi.
Itu barangkali bapak-bapak beberapa hal penting telah saya sampaikan. <br />
Namun sebelumnya, forum ini saya skores dulu agar kita tidak spaneng.
Sekalian sambil menunggu sekedar hidangan. Wassalamu’alaikum
warahmatulla hi wabarokatuh “, Pak RW mengahiri pidato awalnya terus
membuka bungkus rokoknya.<br /> <br /> Ditunggu-tunggu hidangan belum juga
muncul. Pak Ketua RW masuk ke dalam rumah. Hidangan memang sudah
tersedia , tinggal mengeluarkan. Hanya saja Pak Ketua RW tidak menemukan
isterinya disitu. Demikian juga Sapto anaknya entah kemana. Ahirnya Pak
Ketua RW sendiri yang mengeluarkan hidangan itu.<br /> <br /> “ Bapak-bapak yang saya hormati, skores saya cabut. Monggo yang pertama Pak Ketua RT 1 menyampaikan pendapatnya “.<br />
“ Terima kasih pak. Ini langsung saja. Sekilas saya sudah membaca
rencana tata-tertib ini. Tapi saya sebagai Ketua RT 01 harus
bermusyawarah dulu dengan warga RT 01. Saya belum bisa komentar sekarang
. Terserah nanti pendapat warga. Akan saya laporkan secepatnya. Terima
kasih “.<br /> <br /> Ternyata ketua RT 02 - 03 - 04 dan 05 mengekor saja
apa yang disampaikan oleh ketua RT 01. Ketua RT 03 pamit tidak hadir.
Katanya lagi mencret-mencret. Tapi ada yang mewakili. Sekarang giliran
ketua pemuda menyampaikan pendapatnya.<br /> <br /> “ Terima kasih. Selaku
ketua pemuda saya berpendapat sama dengan bapak-bapak ketua RT. Tetapi
sebagai anak muda - secara pribadi saya tidak setuju dengan beberapa
rencana ketentuan dalam tata-tertib ini. Karena terlalu berat dan
terlalu mengikat kepada anak-anak muda. Saya yakin pak, kalau yang
melanggar tata-tertib ini nanti putra-putranya orang-orang tertentu,
bisa saya pastikan tidak akan ada yang berani bertindak. Juga pertanyaan
saya pak ; siapa nantinya yang akan menjadi ekskutornya ? Pak Ketua RW
sendiri ? Saya yakin pak RT-pun belum tentu mau ! Ini persoalan baru
pak. Saya kuatir aturan ini hanya akan menjadi macan kertas saja pak.
Tapi ini pendapat pribadi saya lho. Saya mohon maaf. Terima kasih “.<br /> <br />
Sampai dengan rapat bubar , tidak terjadi adanya kesepakatan yang
signifikan. Kesimpulannya nol. Masih harus menunggu. Menunggu nanti
kalau sudah dibicarakan dengan semua warga melalui RT masing-masing.
Begitu juga pemuda. Baru akan mengadakan rapat khusus dulu dengan para
kaula muda.<br /> <br /> Hari berganti hari minggu berganti minggu. Laporan
dari masing-masing RT dan pemuda belum juga diterima Pak RW. Timbul
pro-kontra. Baik di kalangan orang-orang tua maupun pemuda. Dampaknya
sungguh menghebohkan. Ada 2 surat kaleng dan banyak sms kontra diterima
Pak Ketua RW. Isinya tidak setuju secara halus. Ada juga yang menghujat
Pak Ketua RW secara kasar. Ide Pak Ketua RW akan memberlakukan Peraturan
Tata Tertib RW 100 lengkap dengan ancaman sanksinya dianggap
sewenang-wenang. <br /> “ Sudahlah pak, berhenti saja jadi Ketua RW.
Sudah 8 tahun, sejak Sapto masuk SD. Serahkan ke Pak Kadus. Biar Pak
Kadus yang ngrangkep jadi Ketua RW. Pak Kadus kan punya bengkok. Ketua
RW dapat apa sih pak ? Pokoknya aku tidak setuju kalau ada rapat-rapat
lagi disini “, kata bu RW tegas.<br /> <br /> Pak Ketua RW menghadapi
hari-hari yang berat. Serangan datang dari eksternal maupun internal.
Bersamaan dengan itu , ternyata masih ada juga warga yang datang. Mereka
melaporkan adanya kehilangan. Malingnya sudah diketahui. Tapi tidak ada
yang berani menangkap. Apalagi mengadili. Karena ternyata si maling
juga warga setempat. <br /> <br /> “ Laporkan ke Polisi saja !!! “, kata bu RW sengak mendahului mulut Pak Ketua RW. <br /> <br />
Demikian pula ketika ada laporan adanya tamu bermalam tanpa lapor. Juga
pemuda apel ke pemudi hingga tengah malam. Bu RW yang menjawab.<br /> <br />
“ Laporkan saja ke pak RT. Yang punya warga itu pak RT. Pak Ketua RW
hanya koordinatornya RT-RT. Pak Ketua RW tidak memiliki warga. Di RW
100 sekarang tidak ada aturan resmi yang mengharuskan begini… , melarang
begitu…. Terus mau disuruh apa pak Ketua RW ?! Dasarnya apa ? Saya aja
isterinya gak berani nyuruh-nyuruh Pak Ketua RW begitu “. <br /> <br />
Karena sudah dijawab seperti itu oleh Bu RW , mulut pelapor jadi
bungkam juga. Tentu dengan rasa jengkel kepada Bu RW. Bu RW semakin
berani. Lebih jauh ia masuk ke lingkaran wilayah suaminya selaku Ketua
RW. Pasti saja semua itu semakin menambah runyamnya situasi di RW 100.
Puncaknya , suka atau tidak suka Pak Ketua RW 100 terpaksa harus
mengundurkan diri. Kerana tanpa sepengetahuannya, berkas-berkas dan
peralatan RW 100 diserahkan secara sepihak oleh bu RW kepada Pak
Kepala Dusun. Hari berikutnya entah akal-akalannya siapa tidak jelas ,
sebagian warga berbondong-bondong memaksa Pak Kadus harus menjadi Ketua
RW 100 untuk sementara. <br /> <br /> Belum genap setengah bulan merangkap
sebagai Ketua RW 100, Pak Kadus sudah angkat tangan lempar handuk.
Alasannya klasik mengingat kesehatannya. Dari lima ketua RT tak
seorangpun yang sanggup menggantikannya .<br /> <br /> “ Kok jadi RW, jadi RT aja terpaksa , sudah repot kayak begini , maaf saja “, kata semua ketua RT yang hendak ditunjuk. <br />
Ahirnya Kepala Desa mengambil langkah jitu. Untuk sementara Ketua RW
100 ditugaskan kepada salah seorang perangkat desa yang kebetulan
tinggal di RW 100. “ Ini patent, sampai ada Ketua RW 100 difinitif “,
kata Pak Kades tegas.<br /> <br /> Kini disepakati akan diadakan pemilihan
Ketua RW secepatnya. Warga diminta untuk menemukan calon Ketua RW yang
tepat dan bisa diterima oleh semua pihak. Namun ternyata persoalannya
tak semudah teorinya. Tak seorangpun warga yang bersedia menunjuk calon
maupun dicalonkan sebagai Ketua RW. <br /> <br /> “ Terserah sana - siapapun
- yang penting ada RWnya . Biarlah itu jadi urusannya Pak RT sama Pak
Kadus “, kata beberapa warga yang punya bakat untuk menjadi provokator.<br /> <br />
Dua kali sudah diadakan rapat. Mayoritas warga tak ada yang hadir.
Untuk menanggulangi kekosongan calon , Pak Kades menyarankan agar
ditempuh musyawarah-khusus. Yaitu rembugan dengan semua unsur lembaga
dan tokoh masyarakat para tetua yang ada di RW 100. Karena tak ingin
masalah ini berlarut-larut, ba’da lohor Pak Kades turun tangan sendiri
memimpin rapatnya di Balai Desa. Ternyata musyawarah juga berlangsung
alot dan mbulet. Ahirnya dengan segala liku-liku dan romantikanya,
diputuskan untuk dicoba kembali mencalonkan Pak RW. Karena menurut Pak
Kepala Desa , pengunduran dirinya tempo hari itu lebih beraroma tekanan
dari isterinya.<br /> <br /> “ Itu inkonstitusional. Tetapi kita juga
harus sabar mendatanginya. Membujuknya lagi secara persuasive, agar
beliau bersedia melanjutkan jabatannya “, tandas Pak Kades.<br /> Bapak-bapak setuju ? ” , tanya Pak Kades. <br /> Semuanya koor menjawab setuju. <br /> “ Sekali lagi. Bapak-bapak setuju ? “. <br /> “ Setujuuuuu !!! Yang penting ada RWnya“. <br />
“ Penting juga saya tanyakan kepada bapak-bapak. Apakah bapak-bapak
juga sanggup menjelaskan dan mempertanggungjawabkan rencana keputusan
kita ini kepada segenap warga RW 100 ?! “, tanya Pak Kades. <br /> “ Setujuuuuuu…..!!! “.<br /> Pak Kades menutup rapat dengan wajah berseri-seri.<br /> <br />
Malam itu juga Pak Kades memimpin kunjungan kerjanya ke rumah Pak RW.
Rombongannya meliputi para ketua RT dan para tokoh masyarakat pimpinan
lembaga yang ada di RW 100. Total jenderal jumlahnya 12 orang. Agar
tidak merepotkan dapur Pak RW disana, disepakati agar pak Kadus membawa
sendiri gula kopi teh dan jajanan sebagai hidangannya. Nanti di sana
tinggal minta air panasnya saja.<br /> <br /> Kehadiran rombongan Pak Kades
kali ini membuat Bu RW tak lagi sevokal seperti kemaren-kemaren. Malah
nampak seperti sangat menikmati . Merasa terhormat dan tersanjung.
Kerana diminta langsung oleh semua tokoh formal dan non formal yang ada
agar suaminya bersedia kembali duduk menjadi Ketua RW 100 . <br /> Pak
RW tak banyak komentar terhadap permintaan itu. Meski ia juga belum
mengangguk sepenuhnya. Hanya saja pendapat Bu RW yang agak
mencengangkan Pak Kades dan rombongannya.<br /> <br /> “ Tapi ada satu permintaan saya pak Kades “ , tandas Bu RW.<br /> “ Apa Bu ? Jangan angel-angel ya Bu ? “.<br />
“ Saya minta diadakan pilihan langsung oleh seluruh warga yang berhak
memilih. Kalau dulu kan ditunjuk dan dipaksa. Meski nanti musuhnya
kotak kosong. Pokoknya kayak pemilu itu dah ! Pokoknya bagaimanapun juga
, kami ingin mendapatkan kepastian yang meyakinkan, apakah memang
warga masih menghendaki suami saya jadi Ketua RW. Kalau cuma bapak-bapak
yang menghendaki , itu sama dengan bo’ong pak “, kata Bu RW memaksa.<br /> <br />
Dengan segala rasanya , ahirnya permintaan itu terpaksa dipenuhi.
Pilkawe dilaksanakan minggu pagi di Balai Desa. Hasilnya sungguh
menakjubkan. 93 % dari kartu suara yang masuk, pilihannya mendukung.
Sisanya golput , tidak mendukung , dan ada juga yang kartunya dirusak.
Warga bersorak-sorak gemuruh. Balai Desa gegap-gempita kayak bendungan
pecah. RW 100 telah punya Ketua RW lagi. Nama dan orangnya masih tetap
yang dulu, Pak RW. <br /> <br /> Mendapati fakta dan kenyataan dirinya
terpilih secara telak dan mutlak, Pak RW serasa melayang-layang ringan
seperti dilahirkan kembali. Tak sadar Pak RW mencucurkan air mata haru.
Sapu tangan di tangannya hampir saja tak mampu menampung basah itu. Ia
spontan sujud sukur. “ Ternyata surat kaleng dan semua sms itu tak lebih
hanya sekedar kebiadaban yang keji saja “, bisik hati Pak RW. Bu RW
nampak kelihatan marem. Ia menebar senyum ke mana-mana. Sayangnya disitu
tak nampak Sapto anaknya yang memang abstain tidak datang tanpa alasan.
“ Jangan-jangan dia oposisi “, batin Bu RW.<br /> <br /> Ternyata Sapto
tidak ke mana-mana. Ia di rumah saja sejak pagi. “ Males “, itu jawabnya
ketika ditanya ibunya mengapa tidak ikut pilkawe berbaur di Balai Desa.
Tak ingin Sapto dibombardir dengan pertanyaan berkepanjangan , ia masuk
kamar.<br /> <br /> Malamnya Pak RW semangat di meja kerjanya. Ia membenahi
berkas-berkas dan arsip-arsip aneka data yang kocar-kacir di situ.
Sekarang sudah nampak rapi. Babak baru sebagai Ketua RW 100 segera akan
dimulai. Sejarah pasti akan mencatatnya, pikirnya. Ia mulai membayangkan
apa yang akan menjadi visi dan misinya ke depan. Jangka pendek maupun
jangka panjang. Jangka pendek targetnya adalah masih berniat menggolkan
Peraturan Tata Tertib yang telah susah-susah dibuatnya beberapa waktu
yang lalu. Ini untuk payung hukum semua pihak. Dalam rangka menciptakan
tata kehidupan bersama yang aman dan nyaman di wilayah RW 100, pikirnya.
Ia akan mereshuffle susunan kepengurusan RW 100 yang lama. Biar
organisasi lebih lincah dan dinamis, ia rencanakan 30 % berasal dari
golongan kaum muda. Pak Kades sudah menyuport. Seksi keamanan telah
dipilihnya yang tinggi tegap berkumis tebal. Calonnya sudah dihubungi.
Seksi sosial akan dipilihnya orang yang entengan. Sedapat mungkin semua
pengurus akan diseleksi dari orang yang entengan tapi cerdas dan
bertanggung jawab. Kerna Pak RW sadar betul bahwasanya duduk menjadi
pengurus RW adalah bagian dari pengabdian kepada nusa dan bangsanya.
Pilihan harus jeli dan cerdas , batin Pak RW. Jam dinding menunjuk
hampir pukul sembilan.<br /> <br /> “ Bapak “, kata Sapto yang datang tiba-tiba.<br /> “ Ya , ada apa ? “.<br /> “ Mau matur pak “.<br /> “ Ada apa ? “.<br /> “ Sapto mau berhenti sekolah pak “.<br /> “ Hah…?! Trus mau apa ? Kerja ?! “.<br /> “ Ya “.<br /> “ Dimana ? “.<br /> “ Belum tahu pak “.<br /> “ Nglindur kamu “.<br /> “ Sapto harus segera menikah pak ”.<br /> “ Apa ? “.<br /> “ Marni sudah isi 3 bulan pak , maafkan Sapto pak “.<br /> <br />
Pak Ketua RW cuma mlongo terpaku diam. Diam sediam-diamnya. Dunia
seperti gelap. Kursi jabatan Ketua RW terasa membara. Terbayang wajah
Pak Jasmidun warga RT 03 yang wajib menjadi besannya. Tak ada kata-kata
lagi dari Pak Ketua RW 100. Kemarahan tak akan menggugurkan kandungan
Marni. Beliau langsung mengeluarkan mesin tik antiknya. Dibuatnya surat
pengunduran dirinya selaku Ketua RW 100. Besuk akan diantarnya sendiri.
Kepada Pak Kadus tembusan Pak Kades. <br /> <br /> Sapto tertunduk layu.
Pikirannya semrawut. “ Baru jadi Ketua RW sudah sok sibuk kemaruk
jabatan “, batin Sapto. *** ( Wonosobo, 221212 )</span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Posted By: <a href="http://www.facebook.com/rasjid.daljatmo" target="_blank">Rasjid Daljatmo </a></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-63510785085145976402013-01-25T02:49:00.002-08:002013-02-24T19:08:05.120-08:003 yang dilarang Belajar nulis..<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<a href="http://sphotos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/734769_395765610513576_2117150744_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="161" src="http://sphotos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/734769_395765610513576_2117150744_n.jpg" width="200" /></a><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Ada
3 hal yang dilarang yang kita lakukan,ini adalah pengalaman saya
kemaren dari pagi sampai sore,,dengar ya,,kalau gak dengar cukup bisa
dilihat atau dibaca okeeyyy…<br /> Matahari bersinar dengar
terangnya,suara kicauan burungpun mengiringi terbitnya matahari,angin
bertiup dengan hembusannya yang seadanya,membuat daun-daun menari-nari
sesuai alunan angin dan suara burung.membuatkupun semangat untuk
beraktifitas..bergegas saya kekampus sesuai komitmen teman-teman tepat
jam 08.00 berkumpul.langkah kakiku semakin kupercepat melihat jamku
menunjukkul jam 07.55.gawatt nih,bisa-bisa terlambat,bisa-bisa dicap
lagi sebagai orang tak tepat waktu,orang yang ingkar janji.itu semua tak
harus ada pada diriku,setelah sekian lama saya belajra tepat
waktu,belajar kajian datangnya tepat waktu.belajar sesuai
jadwal.keyakinanku semakin menancap seperti pijakan kakiku menancap
ketanah karena langkah kakiku semakin kupercepat.<a name='more'></a><br />
Alhamdulillah,kakiku tepat berpijak kekampus tepat jam 08.05,,tak apalah
terlambat 5 menit,batinku berkata.kuarahkan kakiku menuju kedalam
kampus.tapi kok tak ada satupun mereka kuliat.batang hidungpun tak ada
disekitar kelas itu.kelas yang menjadi tumpukan ilmu yang
kudapat.tumpukan karena ilmunya masih terpendam didalam otakku.begitulah
yang terjadi,jenjang pendidikan yang saya pilih adalah s1
keperawatan.katanya orang sih S1 itu jarang praktek bahkan tak bis
apraktek dilapangan jika belum ambil profesi ners.kira-kira itu hamper
100% betulnya.sampai hari inipun,sampai pertengahan jalan semester 5
kami belum pernah menyentuh diluar sana,maksudnya menyentuh pasien untuk
praktek dilapangan.akhirnya ilmu hanya terikat didalam otak kami,bahkan
praktekpun kami hanya menghayal-hayalkan…<br /> Kembali keinti
tadi.waktupun berjalan dengan cepat,seperti anak panah.jika kita tak
menggunakannya dengan teliti dan dengan hati-hati maka anak panah itu
akan terpeleset kerarah lain,begitupun waktu jika kita tak menggunakan
dengan sebaik-baiknya maka kita tersesat.tersesat menunju kearah
neraka.gawattt banget ya,,saking pentingnya,,Allah memberitakan dalam
al-qur’an berfirman dengan sumpahnya di Q.S AL –ashar..”demi waktu”
sesungguhnya manusia berada dalam kerugian’ kecuali orang yang beriman
dan sehat menasehati dalam kebaikan”<br /> Tak lama datanglah satu persatu
teman-teman dikelas.sayapun bercampur dengan mereka.aktifiats belajar
pun berlangsung,belajar kelompok.karena materinya harus membutuhkan
referensi maka kuajak teman dekatku,sekaligus teman seprjuangan dalam
mengemban dakwah islam,sebut saja nama panggilannya ikhsan.dialah
teman-satu-satunya dikelas yang ketika bersama dengan dia maka tunggulah
suara ketawa yang selalu bordering,(emang henpon) <br /> Maka masuklah
kami kedalam perpus,melihat,meraba,dan mengambil ,itulah hal yang kami
lakukan didalam perpus..selang beberapa jam tak ada satupun buku yang
kami dapat sesuai materi.sayapun duduk dipojok kursi.meliahat saya duduk
si ikhsan inipun menghampiriku.sama dengan saya tak ada satupun yang
didapat.maka kuajak dia unutk berdiskusi materi kajian yang akan saya
bawakan sebentar siang.semakin lama maka semakin seru perbincangan
kami.perbincangan itu mengundang teman-teman yang ada disamping untuk
bisa melihat kearah kami.bahkan petugas perpus pun menyimaknya.tak lama
petugas perpus pun mengangkat suara dengan lantang,,”heyy,,yang dipojok
yang 2 orang kenapa rebut?mengganggu teman-teman disampingnya”!!!!
ucapnya dengan raut muka yang merah kemudian menatap kembali buku yang
ada ditangannya.sayapun menatap teman dismapingku itu,si ikhsan,,sambil
tersenyum-senyum tersipu malu.begitupun dengan ikhsan.sejak kejadian itu
saya cepat-cepat mengajak temanku untuk mengangkat kaki kedalam ruangan
itu.dua pasang kaki itupun melangkahkan kakinya keluar.keluar secara
hormat….kwkwkwk ( itulah tak boleh berdakwah didalam ruangan.dengan
suara yang keras dan ketawa-ketiwi apalgi dilakukan diruangan
perpus)))jadi berdakwah harus sesuai metodenya.caranya harus sesuai
syara’<br /> Kemudian selanjutnya kami melangkah kelantai 1.dilantai 1 itu
terlihat seorang bapak-bapak menjual barang-barang yaitu jam
tangan.kamipun menghampirinya.saya juga mengotak-atik jam tangan
itu..begitupun dengan temanku.bahkan temanku itu sempta menawa jam
tangan itu….’pak,ini harganya berapa ya.?tanyanya.jawabnya itu
menjawab…35ribu dek…temanku pun melanjutkan tawarannya’bisa gak 30
saja…gak bisa dek sudah harganya.jawabnya..sayapun kembali mengotak atik
jam tangan yang lain begitu juga dengan temanku.tak lama penjual tadi
bersuara kearah temanku itu” okk,,ambil aja 30” ucapnya..<br /> Temankupun
langsung meresponnya” sebenarnya saya tak punya uang pakkk”ucapnya
dengan singkat.kalau gak punya uang tak usah kesini,pergi
sana,pergi,,,ucapnya dengan nada yang tinggi sambil mengangkat tangannya
menyuruh kami pergi,,kamipun menuruti perintahnya sambil
tersenyum-senyum,,,( jujur itu dilarang bahkan dapat menyakiti hati
orang dalam kontek cerita diatas..) <br /> Sorepun tiba,jam 03.00
tepatnya.menandakan sholat ashar akan segera dimulai.kembal lagi saya
dan temanku bersama melangkahkan kaki kemasjid.tapi jumlah kami buakn
hanya 2 lagi tapi bertambah jadi 5 orang.maka kami bersepakat untuk
kemasjid dengan mengendarai motor.ikhsan bersama temanku yang
satu.begitupun dengan saya.saya bertiga berboncengan menggunakan
motornya temanku.maka jalanlah kami ditengah jalan ternyata ada seorang
polisi datang menghampiri kami,tepat berada disebelah kanan kami.sayapun
menoleh dan cepat-cepat untuk turun pertanda peringatan baik dari
dia..heyyy,,kenapa bonceng 3? Ucapnya dengan nada yang tegas.yang
membuat lidah kaku untuk menjawab.temanku yang bawa motor berani
bicara..kita mau kemasjdi pak.ucapnya dengan terbata-bata..biar mau
kemasjid jangan bonceng 3.ucapnya lagi..iya pak.ucap juga temanku..saya
dan temanku hanya tresenyum-senyum…(gak boleh naik motor kemasjid untuk
sholat seperti kejadian diatas)…<br /> Sungguh aneh ya,,semua pada
dilarang,sampai hari ini,sampai detik ini masih bingung memikirkannya
,,kok kita berbuat kebaiakan malah dilarang,,aneh bin ajaib,,,(menulis
sambil tersenyum-senyum)</span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Posted By:<a href="http://www.facebook.com/ahmad.zulqarnaen" target="_blank">Ahmad Zulkarnaen </a></span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com1Jakarta, Indonesia-6.211544 106.84517200000005-6.716652 106.19972500000004 -5.706436 107.49061900000005tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-77797398474007761362012-10-27T05:27:00.004-07:002013-02-24T19:08:46.933-08:00Novel Karya Hengki Kumayandi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Kali ini saya akan share 2 Novel Karya Hengki Kumayandi<br />
yang berjudul<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
1. Van Loon</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMNMFMIDo8U-kDxN0npW1t8tMOG9vRWXxcNgR-UD3CsqkUDAsNw4M1u-kUxiaUz79dXbJeJlK4iz5SSpZOvU5UxI1YAd08Let1JlyJUKaIUbNLGl4Ua6Ls5FjkH7Is_gveFcptazWbY86n/s1600/Van+Loon_001.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMNMFMIDo8U-kDxN0npW1t8tMOG9vRWXxcNgR-UD3CsqkUDAsNw4M1u-kUxiaUz79dXbJeJlK4iz5SSpZOvU5UxI1YAd08Let1JlyJUKaIUbNLGl4Ua6Ls5FjkH7Is_gveFcptazWbY86n/s200/Van+Loon_001.png" width="140" /></a>Ivan adalah anak Melayu dari negeri Sumatera Selatan. Berlatar kabupaten
Empat Lawang, ia terlahir dengan paras yang berbeda dari anak-anak
lainnya di daerah tersebut. Rambutnya yang sedikit pirang, matanya yang
biru, kulitnya yang putih persis seperti orang asing, membuatnya kerap
diejek sebagai anak penjajah Belanda oleh teman-teman sekolahnya. Ivan
yang sejak kecil tak pernah tahu siapa ayahnya, bahkan tak pernah
melihat sekalipun bagaimana wajah ayahnya, harus bersabar menghadapi
teman-temannya sambil memupuk cita-cita untuk mencari ayahnya. Ia pun
merantau ke Jawa untuk mencari peruntungan. Tapi ternyata jalan hidupnya
tak selalu mulus, ia bahkan harus mendekam di dalam penjara. Ada apa
gerangan? Akankah terjawab siapa diri Ivan sesungguhnya? Berhasilkah
Ivan menemukan ayahnya?<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Silahkan Download Novel Van Loon <a href="http://adf.ly/E5ZYu" target="_blank">Disini</a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
2. Tell your Father That Im Moslem </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaG4Onxdcb2R72_6IWKGAukVcUIXZfVLP-lFmXln3gC0JwcdnvoLucFs_mKuJGSUKpnTv0CctmjHqqWlJveNV7nUp5p72m7aDGwJEji2InPzSY-pC1wFBTbQ7MdLgpp-Uqs62weamGG4L8/s1600/Cover+Mas+Hengki.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaG4Onxdcb2R72_6IWKGAukVcUIXZfVLP-lFmXln3gC0JwcdnvoLucFs_mKuJGSUKpnTv0CctmjHqqWlJveNV7nUp5p72m7aDGwJEji2InPzSY-pC1wFBTbQ7MdLgpp-Uqs62weamGG4L8/s200/Cover+Mas+Hengki.jpg" width="140" /></a>Pertemuan Dave dan Maryam secara tidak sengaja akhirnya menghadirkan
getaran-getaran rasa yang tak biasa. David, seorang pemuda Nasrani
berkebangsaan Amerika dan anak seorang pendeta, secara tak sadar telah
jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang muslimah anak duta besar
Uni Emirat Arab, Maryam. Hubungan mereka unik, tak seperti lazimnya
hubungan remaja zaman sekarang. Dengan latar belakang keyakinan dan
budaya yang berbeda, jalan yang mereka tempuh ternyata teramat rumit
untuk sampai di penghujung. Ibarat air dan minyak, antara keduanya tidak
mungkin bersatu, hingga konflik demi konflik terjadi pada dua keluarga
ini. Apakah cinta David dan Maryam berhasil bersatu, ataukah justru
kandas di tengah jalan karena harus berpisah?</div>
<br />
Silahkan Download Tell your Father That Im Moslem <a href="http://adf.ly/E5Zgy" target="_blank">Disni</a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Siapakah Hengki Kumayandi?</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbPPatFvup5yBkzXRGPJIToGLRgSRA4cQguCPawNz2RoN2NAJXw_0ERdVw25z39oyXbyfsbvZzygdlr-LaYFAimBLUgtZE3PNWo1Fgnj4EtossnvfazshRoqiTSqvttcakMMX12DwCIV2W/s1600/Hengki+Kumayandi.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbPPatFvup5yBkzXRGPJIToGLRgSRA4cQguCPawNz2RoN2NAJXw_0ERdVw25z39oyXbyfsbvZzygdlr-LaYFAimBLUgtZE3PNWo1Fgnj4EtossnvfazshRoqiTSqvttcakMMX12DwCIV2W/s200/Hengki+Kumayandi.jpg" width="200" /></a>Hengki Kumayandi dan terlahir sebagai anak negeri Lintang Empat Lawang Sumatera Selatan ini adalah seorang guru muda yang pernah mengajar Seni Budaya di sekolah MA Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan, SMK Nusantara Ciputat Tangsel, SMK Husni Thamrin Ciputat Tangsel, SMK Link and Match Pondok Cabe dan SMK Jakarta wisata. Selain menulis, beliau juga aktif di dunia teater. Saat ini penulis meninggalkan dunia mengajar untuk bekerja di sebuah perusahaan yang terletak di Kuching Sarawak Malaysia serta aktif di kegiatan komunitas kepenulisan Proyek Nulis Buku Bareng (PNBB) dan <a href="http://www.facebook.com/groups/MenulisBersamaGratis.Mesra/?bookmark_t=group" target="_blank">Menulis Bersama Gratis (Mesra)</a>. Beberapa cerpennya pernah dimuat di majalah-majalah. Saat ini, sambil bekerja, penulis juga sedang giat menulis novel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0Kalisat 68193, Indonesia-8.118787 113.82097699999997-8.244543 113.65961549999997 -7.9930309999999993 113.98233849999997tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-45798481971960725472012-10-26T16:50:00.000-07:002013-02-24T19:09:25.713-08:00MENULIS NOVEL UNTUK PEMULA<br />
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small; font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Ada
banyak cara untuk memulai langkah menulis novel. Bagi seorang penulis
pemula atau penulis berjam terbang tinggi namun belum pernah menulis
novel sebelumnya, sebuah panduan yang ringkas seperti yang tertera
berikut ini akan sangat membantu. Panduan ringkas ini dinamakan “Tujuh
Langkah Emas”, yang terdiri dari tujuh pertanyaan yang harus dijawab dan
dijabarkan dengan jelas oleh penulis sebelum memulai menulis draft
novelnya. <br /> <br /> Tujuh Pertanyaan tersebut adalah: <br /> <br /> Siapakah tokoh utama yang ingin dikisahkan?<a name='more'></a><br /> <br />
Apa cita-cita terbesar tokoh utama ini dalam hidupnya? (cita-cita di
sini tidak harus berupa jabatan atau pekerjaan; cita-cita juga bisa
berupa impian, ambisi, keinginan, yang menjadi motivasi utama si tokoh)<br /> <br /> Siapa atau apa saja yang menghalangi si tokoh tersebut dalam mewujudkan cita-citanya? (tokoh antagonis atau hambatan lainnya)<br /> <br /> Bagaimana penulis menceritakan jatuh bangunnya si tokoh dalam memperjuangkan cita-citanya? (ini adalah alur cerita)<br /> <br /> Peristiwa apa yang menjadi titik balik pemikiran atau jalan hidup si tokoh tersebut?<br /> <br /> Adegan apa yang dipilih oleh si penulis untuk menggambarkan keberhasilan si tokoh dalam meraih impiannya?<br /> <br /> Ending dramatik seperti apa yang akan dipilih oleh si penulis bagi tokoh utama tersebut? <br /> <br /> <br /> <br />
Setelah merampungkan jawaban atas tujuh pertanyaan tersebut, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan tahapan-tahapan penulisan novel.
Ada lima tahapan penulisan novel, yakni: pre-writing, drafting,
revising, editing & proofreading, dan terakhir adalah publishing. <br /> <br /> <br /> <br /> A. PRE-WRITING<br /> <br />
Untuk memulainya (pre-writing), tentukan dahulu tema dan genrenya.
Apakah kita hendak menulis fiksi bergenre Romance namun dalam balutan
nuansa religius seperti karya Kang Abik? Atau kita hendak menulis tema
tentang percintaan remaja dan hubungan keluarga seperti karya Dewi “Dee”
Lestari? Tema pendidikan seperti novel Laskar Pelangi? Atau tema
sejarah seperti yang ditulis oleh Langit Kresna Hariyadi? <br /> <br /> Penting untuk diingat, pilihlan tema yang unik, jangan yang klise. <br /> <br /> Contoh tema unik: <br /> <br /> seorang gadis yang berusaha menjadi orang lain<br /> <br /> Contoh tema klise: <br /> <br /> gadis penuh dosa yang kemudian menjadi sholehah.<br /> <br /> percintaan seorang anak basket dengan bintang sekolah. <br /> <br /> <br /> <br />
Untuk mencegah agar tidak terjebak klise, pilihlah tema yang unik,
karakter tokoh yang tidak biasa, dan pemilihan nama yang unik. <br /> <br />
Setelah menentukan tema dan genre, langkah selanjutnya adalah
mematangkan karakter dalam novel. Karakter yang unik adalah unsur
pembangun yang membuat kisah menjadi hidup. Di sini, sangat penting
untuk mempertahankan karakter yang unik dari awal sampai akhir.
Karakter-karakter dalam sebuah novel harus konsisten (mind-set/cara
berpikir harus sama, bahasa tubuh tidak berubah, reaksi terhadap sesuatu
tidak berubah kecuali ada perubahan hebat yang membawa trauma pada sisi
psikologis atau fisiknya). <br /> <br /> Trik Menciptakan Karakter yang Khas. <br /> <br /> Pikirkan nama lima orang yang paling anda ingat (bisa teman, saudara, kerabat, tetangga, atau tokoh)<br /> <br />
Tuliskan karakter dari masing-masing orang tersebut (warna dan bentuk
rambut, warna kulit, tinggi badan, tiga sifat utama, hobi, acara
televisi yang paling disukai, impian atau cita-citanya, warna
kesukaannya, makanan kesukaannya, dll)<br /> <br /> Ciptakan satu nama untuk tokoh utama, misalnya: Sutet. <br /> <br />
Ambil satu karakter dari lima nama tersebut untuk diberikan kepada
tokoh Sutet. Misal: dari nama A diambil bentuk rambutnya, dari nama B
diambil impian/cita-citanya, dari nama C diambil tiga sifat utamanya,
dan seterusnya)<br /> <br /> Kini karakter Sutet telah memiliki karakter
sendiri yang unik, yang berasal dari campuran karakter lima orang yang
anda kenal tersebut. Keunikan karakter si Sutet akan memberi kekuatan
pada jalan cerita nantinya. <br /> <br /> Setelah merampungkan karakter,
langkah selanjutnya adalah merampungkan deskripsi. Deskripsi di sini
adalah bentuk lain dari memotret setting cerita. Misalnya, kita memilih
setting berupa stasiun kereta api di New York. Deskripsikan suasana di
stasiun kereta api tersebut dengan tuntas (suasana dalam stasiun,
lorong-lorongnya, loket, bentuk bangunan, jam kereta datang dan
berangkat, jam orang berangkat dan pulang kerja dengan menggunakan
kereta, dan sebagainya). <br /> <br /> Berbeda dengan karakter yang bisa
diciptakan seliar mungkin menurut imajinasi penulis, deskripsi harus
dikendalikan agar pembaca benar-benar bisa merasa terlibat dalam cerita.
Untuk membantu menghidupkan deskripsi, kita bisa mempraktekkan sejumlah
gerakan. Misalnya, kita hendak mendeskripsikan suasana pertarungan.
Praktekkan gerakan dalam pertarungan tersebut agar diperoleh gambaran
yang jelas mengenai adegan pertarungan itu sehingga deskripsinya akan
menjadi lebih baik. Contoh penulis yang sangat detil dan teliti untuk
soal deskripsi adalah N.H. Dini. <br /> <br /> <br /> <br /> B. DRAFTING<br /> <br />
Dalam proses drafting, intinya kita menuliskan apapun hasil imajinasi,
observasi dan pengalaman pribadi dalam bentuk tulisan. Jangan
memikirkan apakah tulisan itu laku atau tidak, yang penting adalah TULIS
DAN SELESAIKAN! Di sini tidak berlaku rumus lebih cepat lebih baik,
sebab yang penting adalah tulisan kita menjadi pro pembaca, bukan
tulisan yang asal cepat. <br /> <br /> Langkah-langkah dalam drafting: <br /> <br /> Tulislah ide cerita dalam satu kalimat ringkas.<br /> <br /> Kemudian gabungkan dengan jawaban dalam Tujuh Pertanyaan di atas. <br /> <br /> Jabarkanlah karakter setiap tokoh (setidaknya tiga tokoh penting)<br /> <br /> Mulailah menulis cerita minimal satu paragraf. <br /> <br />
Buatlah Opening / pembuka cerita yang menarik. Opening ini penting
karena akan menarik perhatian pembaca sejak awal. Contoh Opening yang
menarik dalam beberapa novel terkenal misalnya: <br /> <br /> Dan Brown : Akhirnya, semua ini tentang bagaimana caranya mati!<br /> <br /> Ayu Utami : Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta. <br /> <br /> Beatrix Potter : Dia merasa sesuatu yang lezat di benaknya setiap kali memulai <br /> <br /> satu tulisan. Sebab dia tidak pernah tahu kemana tulisan itu <br /> <br /> akan membawanya. <br /> <br /> Tasaro : lelaki itu jatuh cinta kepada cara istrinya menyetrika baju. <br /> <br /> <br /> <br />
Usahakan Opening tidak mudah ditebak arah ending-nya, karena pembaca
“suka ditipu”, dan tidak suka jika ending ternyata sama dengan
dugaannya. <br /> <br /> Selanjutnya, kembangkan kerangka cerita menjadi
lima paragraf. Secara bertahap, teruslah menulis hingga naskah selesai.
Proses penulisan naskah dari awal hingga selesai sangat bervariasi,
tergantung dari waktu dan komitmen menulis dari si penulis. <br /> <br /> <br /> <br /> REVISING <br /> <br />
Bagian ini untuk merevisi mulai dari kesalahan-kesalahan kecil dari
ejaan, tanda baca dan sebagainya hingga revisi yang berkaitan dengan
alur cerita, konsistensi penokohan/karakter, dan keseluruhan isi cerita.
<br /> <br /> <br /> <br /> EDITING & PROOFREADING<br /> <br /> Setelah
draft naskah pertama selesai, carilah masukan dari beberapa pembaca awal
(first readers), misalnya teman, kenalan, keluarga, dan lainnya.
Mintalah pendapat jujur mereka mengenai keseluruhan isi naskah dan
mintalah mereka untuk menunjukkan kelemahan naskah termasuk kekuatannya.
Hal ini penting untuk proses editing naskah hingga benar-benar layak
terbit. <br /> <br /> <br /> <br /> PUBLISHING<br /> <br /> Setelah naskah selesai
direvisi dan diedit, carilah penerbit yang potensial atau sesuai dengan
jenis naskah novel yang kita punya, pelajari aturan pengiriman naskah,
dan siapkan segala sesuatunya. <br /> <br /> Umumnya, penerbit menerapkan
aturan penulisan naskah sbb: spasi 1.5, huruf jenis Times New Roman,
ukuran kertas HVS A4, tebal naskah bervariasi, naskah dilengkapi dengan
sinopsis, daftar isi, halaman ucapan terimakasih, dan biografi penulis
di bagian akhir. Adakalanya sebuah penerbit hanya menerima naskah dalam
bentuk hardcopy/print dan dijilid rapi, sementara penerbit lain
membolehkan naskah dikirim dalam bentuk e-file. <br /> <br /> Masa tunggu
naskah bervariasi antara satu hingga tiga bulan, tergantung dari besar
kecilnya penerbit tersebut. Jika masa tunggu sudah terlewati dan belum
ada kabar, penulis bisa menghubungi mereka untuk menanyakan
kelanjutannya. Adakalanya naskah harus menunggu lama karena suatu hal.
Untuk itu, kesabaran sangat diperlukan.</span></span></span></h5>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com25tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-67874008616581809522012-09-28T17:11:00.003-07:002014-03-03T16:59:34.588-08:00Keep Writing And Fun<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-fxaFJhmnVAUku3WQhrmKH8gGK7FuvulGid46o0qCy_5E-fR7H1_0LAh1Am9m7eJkDlGMwcfOfEKliIcg30yiNcXSEnARZWVO6tsD5R_pexL1aO7QAiOjobJ5h2_LoARmudB3tBTgJ41Y/s1600/cover+mesra+agustus.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keep Writing And Fun" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-fxaFJhmnVAUku3WQhrmKH8gGK7FuvulGid46o0qCy_5E-fR7H1_0LAh1Am9m7eJkDlGMwcfOfEKliIcg30yiNcXSEnARZWVO6tsD5R_pexL1aO7QAiOjobJ5h2_LoARmudB3tBTgJ41Y/s200/cover+mesra+agustus.jpg" height="200" width="140" /></a></div>
Alhamdulilah Buku Ke-5 Mesra telah terselesaikan<br />
Silahkan <a href="http://goo.gl/fdvOj0" target="_blank">Download</a> gratis<br />
<br />
<br />kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0Kalisat 68193, Indonesia-8.118787 113.82097699999997-8.244543 113.65961549999997 -7.9930309999999993 113.98233849999997tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-12438968451364860772012-09-22T18:58:00.000-07:002014-03-03T16:51:04.751-08:00Angel And Demon<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5Wh7AJAMLJie_3HNX_KaZOgdwvlMW9d2WzvCZF6totRRCNNhUKxo_wyIMmtKi86h9qIjPkrvrkQ3rEzq83wMvdiD7bqMSB0L-2Nn_FzDDV87RA2Wc0bUXaJZeIBHuw7fhtKx8rFFZDPsE/s1600/angels-and-demons-3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" and="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5Wh7AJAMLJie_3HNX_KaZOgdwvlMW9d2WzvCZF6totRRCNNhUKxo_wyIMmtKi86h9qIjPkrvrkQ3rEzq83wMvdiD7bqMSB0L-2Nn_FzDDV87RA2Wc0bUXaJZeIBHuw7fhtKx8rFFZDPsE/s200/angels-and-demons-3.jpg" demon="" height="200" ngel="" width="123" /></a>Cerita dimulai saat Robert Langdon yang mulai terkenal karena berhasil memecahkan <a href="http://menulisbersamagratis.blogspot.com/2012/09/the-da-vinci-code.html" target="_blank">code Da Vinci</a>, Langdon mendapat panggilan untuk mendeteksi ambigram yang bertuliskan
nama kelompok persaudaraan Illuminati. Robert Langdon tidak menghadapi pembunuh biasa,
melainkan sebuah kelompok persaudaraan pembenci Vatikan : Illuminati.
Illuminati adalah kelompok ilmuwan dalam sebuah perkumpulan persaudaraan
kuno, yang dalam keberadaannya selalu bentrok dengan gereja. Karena
penemuan-penemuan ilmuwan yang seringkali dianggap menghilangkan
keberadaan Tuhan. Ilmuwan yang selalu mencari tahu jawaban dari setiap
pertanyaan di dunia ini. Ilmuwan selalu mengungkap misteri ketuhanan,
termasuk misteri penciptaan dunia. Satu yang tersisa, misteri penciptaan
manusia. Ilmuwan mempercayai bahwa semua yang ada tercipta atas
keberadaan materi, dan bukan tercipta dari ketiadaan.<br />
Silahkan Download Novel Apik Ini <a href="http://goo.gl/EQkNjO" target="_blank">Disini</a>kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com2Kalisat 68193, Indonesia-8.118787 113.82097699999997-8.244543 113.65961549999997 -7.9930309999999993 113.98233849999997tag:blogger.com,1999:blog-1018849276200861325.post-25471557482048020652012-09-22T18:48:00.000-07:002014-03-03T16:52:25.647-08:00The Da Vinci Code<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSklU-reGuPaI7EoRgPWW94a-m-Bwh1QysV-uAuWxU7QMf2iUGL6P5MgXwxeE-BB-AIi6LpgpaGd2ukQ0ERu48GELpEC2tkRX0McVUBgUKFuaAp6n5TeK3ycdiCgnibBop9XO814YOKc48/s1600/The_Da_Vinci_Code_paperback.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="The Da Vinci Code" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSklU-reGuPaI7EoRgPWW94a-m-Bwh1QysV-uAuWxU7QMf2iUGL6P5MgXwxeE-BB-AIi6LpgpaGd2ukQ0ERu48GELpEC2tkRX0McVUBgUKFuaAp6n5TeK3ycdiCgnibBop9XO814YOKc48/s200/The_Da_Vinci_Code_paperback.jpg" height="200" width="129" /></a>Ketika berada di Paris dalam rangka peluncuran buku, ahli simbol
Universitas Harvard bernama Robert Langdon menerima telepon penting saat
larut malam yang mengabarkan terbunuhnya seorang kurator museum
terkenal Louvre.</div>
<div style="text-align: justify;">
Didekat tubuh pria tua itu, polisi menemukan sejumlah simbol yang
tidak bisa dijelaskan. Kontan, Langdon langsung menyelidiki kasus aneh
tersebut dan ia sangat terkejut saat mendapatkan bahwa semua itu
berhubungan dengan sejumlah petunjuk yang mengarah pada lukisan Mona
Lisa karya maestro Leonardo da Vinci.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah diselidiki, di balik lukisan tersebut terdapat sejumlah
kode sandi yang mengarah pada rahasia besar di masa lalu yang
berhubungan dengan sebuah kontroversi terbesar sepanjang sejarah. </div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, Langdon bergabung dengan seorang ahli bahasa kuno Sophie
Neveu dan berhasil menemukan bahwa kurator yang ditemukan meninggal
tersebut berhubungan dengan organisasi rahasia berumur ratusan tahun
Priory of Sion yang sejumlah anggota terkenalnya adalah ilmuwan terkenal
dunia seperti Sir Isaac Newton, Botticelli, Victor Hugo, dan Da Vinci
sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam petualangannya menyusuri jalan-jalan kota Paris dan London,
keduanya harus berpacu dengan seorang musuh misterius yang terus
mengikuti tiap langkah mereka. Satu-satunya harapan adalah membuka
rahasia dibalik rahasia semua misteri tersebut, atau seluruh rahasia
dibalik Priory dan lukisan Da Vinci bakal musnah selamanya.</div>
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Silahkan Download Novel The Da Vinci Code Karya Dan Brown <a href="http://goo.gl/o2WtZ1" target="_blank">Disini</a></div>
kholid rosyidi mnhttp://www.blogger.com/profile/02901937437799056376noreply@blogger.com0